Bupati SBB: MTQ Harus Menjadi Jembatan Rekonsiliasi dan Pertalian Sejati Orang Basudara
BERITABETA.COM, Ambon – Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ)-IX Tingkat Kabupaten, yang berlangsung di Kecamatan Amalatu, Seram Bagian Barat (SBB) resmi dibuka, Minggu malam (26/9/2021). Hajatan akbar ini dihadiri berbagai stakeholder penting, disambut antusias masyarakat.
Bupati Kabupaten SBB, Timotius Akerina dalam sambutannya berharap, pelaksanaan MTQ-IX Tingkat Kabupaten, di Kecamatan Amalatu, khususnya di tiga negeri orang basudara (bersaudara), dapat menjadi jembatan rekonsiliasi dan pertalian sejati hidup orang basudara.
Dia mengatakan, MTQ akan memancarkan nilai-nilai kasih sayang, kemanusiaan, kedamaian, persaudaraan, kebersamaan, keadilan, kejujuran serta ketulusan atau keikhlasan di dalam menjaga peradaban masyarakat.
“Semoga MTQ menjadi momentum terbaik untuk membangun rekonsiliasi dan pertalian sejati hidup orang basudara, khususnya di SBB. Mari katong (kita) jadikan MTQ di tiga negeri orang basudara ini sebagai momentum kebangkitan untuk masyarakat yang damai, maju dan sejahtera,” ajak Akerina.
Menurutnya, dalam catatan sejarah MTQ di Indonesia, baru kali ini pelaksanaannya digelar pada tiga negeri secara bersamaan.
“Menurut beta (saya), ini salah satu contoh terbaik bagi kehidupan orang basudara di Maluku, bahkan di Indonesia. Beta sangat bahagia melihat masyarakat dari tiga negeri mendukung acara ini. Beta juga terharu melihat keindahan yang luar biasa ini,” ujarnya.
Menurut dia, setiap khalayak di Seram Bagian Barat patut bersyukur atas komitmen untuk menjaga dan mengembangkan harmoni dalam pertalian sejati hidup orang basudara, antar umat beragama, khususnya salam dan sarane, antar suku, kelompak, negeri, desa dan dusun.
Orang Maluku, khususnya Seram Bagian Barat, sambung Akerina, memiliki pengalaman yang luar biasa dalam proses recovery, rekonsiliasi dan bina damai pasca konflik 1999-2003. Ihwal itu, Maluku kemudian menjadi salah satu laboratorium kurikulum umat beragama terbaik di Indonesia.
Bahkan jauh sebelum itu, para Leluhur di Saka Mese Nusa (julukan SBB), dengan kearifan yang tinggi telah mewariskan kepada generasi terkait ikatan-ikatan kedabaan, sebagaimana terikat dalam persekutuan atau ikatan perasaudaraan patasiwa dan patalima, pela-gandong, wariwa, serta alune dan waimale.
“Dari Tala, Eti hingga Sapalewa semuanya adalah warisan leluhur dan modal sosial kultur yang harus kita rawat dan kembangkan sebagai pondasi dalam membangun negeri ini,” ujarnya.
Karena itu dia menegaskan, apapun perbedaan yang melekat pada pribadi masing-masing dapat dihargai oleh orang lain. Perbedaan itu hal biasa, baik politik maupun lainnya. Artinya, jangan menjadikan perbedaan sebagai alat untuk merusak kebersamaan yang sudah ditanam para leluhur sejak dulu kala.
“Pepata arab mengatakan, jika kita tidak bisa menjadi bagian dari orang yang bisa memberi solusi dan membawa kebajikan, maka jangan jadi orang yang membawa kehancuran atau malapetaka. Dari pada selalu mengecam gelapnya malam, lebih baik mari menyalakan pelita untuk menyinari kegelapan malam,” kata Akerina mengutip.
Di akhir sambutannya dia berharap, MTQ-IX yang digelar dapat melahirkan generasi-generasi Qurani, yaitu generasi yang punya kecerdasan intelektual, sosial, dan spiritual. Ini modal pembangunan agar Kabupaten SBB lebih maju dan sejahtera.
“Akhirnya, saya sampaikan terima kasih kepada Camat Amalatu, para pejabat, panitia dan masyarakat dari tiga negeri basudara yang telah siap menjadi tuan dan nyonya rumah yang baik. Semoga MTQ kali ini menjadi yang terbaik,” harapnya (*)
Editor : Redaksi