BERITABETA.COM, Bula — Bupati Kabupaten Seram Bagian Timur [SBT] Abdul Mukti Keliobas meminta kepada kepala desa di daerah itu agar manfaatkan Dana Desa [DD] secara baik untuk perangi stunting.

Keliobas mengungkapkan, dari 198 desa di kabupaten bertajuk 'Ita Wotu Nusa' itu, setiap tahun digelontorkan dana dari Anggaran Pendapatan Belanja Nasional [APBN] mencapai ratusan miliar, namun masalah stunting belum diatasi secara maksimal.

"Kalau dihitung hampir setiap tahun dari DD yang bersumber dari APBN saja kita hampir 198 miliar, kenapa SBT masih stunting terus, ini salahnya dimana?. Setiap tahun dari DD yang begitu besar kemudian ditambah dengan ADD yang dialokasikan lewat APBD 2, paling terkecil satu desa dalam satu tahun itu 250 juta. Tapi toh kondisi ini tidak bisa diselesaikan," ungkap Abdul Mukti Keliobas pada kegiatan pencanagan Bulan Imunisasi Anak Nasional [BIAN] di Desa Waisamet, Rabu (15/6/2022).

Untuk itu, orang nomor satu di kabupaten penghasil minyak bumi itu menegaskan kepada Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Camat pada 15 kecamatan untuk segera melalukan evaluasi terhadap kondisi ini.

Ia menjelaskan, masalah stunting saat ini menjadi tanggungjawab bersama untuk mengurangi, sehingga kepala pemerintahan negeri dan negeri administratif yang tidak bisa menekan masalah tersebut segera diusulkan untuk dievaluasi.

Sementara untuk kepala desa definitif, dia meminta camat segera mengusulkan untuk dinonaktifkan dan diberikan pembinaan tentang sistem pengelolaan DD dengan baik.

"Ini kesalahannya dimana, apakah perencanaannya salah atau pengawasannya salah. Ini menjadi catatan penting bagi dinas terkait dan camat agar segera melakukan evaluasi terhadap kondisi ini," jelasnya.

Bupati SBT dua periode ini membeberkan, saat ini Pemerintah Daerah [Pemda] SBT sedang berpacu dengan waktu untuk menyiapkan Sumber Daya Manusia [SDM], khususnya generasi emas yang berkualitas, tangguh dan berdaya saing dalam rangka menjawab peluang bonus demografi kedepan.

Dia mengaku, salah satu masalah yang jadi fokus pemerintah untuk dituntaskan adalah masalah gizi dan kesehatan masyarakat. Khususnya kasus anak kurang gizi dan anak yang mengalami gizi buruk atau yang dikenal sebagai kondisi stunting.

"Kalau kemarin saya baca sekitar 50 orang lebih, sekarang sudah 21 persen. Perkembangan stunting di SBT sudah menurun cukup drastis, saya mohon kita tekan lagi kedepan supaya SBT kedepan tidak ada lagi namanya stunting," bebernya (*)

Pewarta : Azis Zubaedi