BERITABETA, Ambon – Keberpihakan program yang dijalankan Pemerintah Daerah (Pemda) di Provinsi Maluku dinilai belum maksimal, akibatnya banyak potensi daerah yang tidak terkelola dengan baik, salah satunya adalah masalah pengembangan potensi komoditas pangan lokal.

Alasan inilah yang membuat Calon Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, Dapil Maluku Ir. M.Z. Sangadji, MSi berkeinginan untuk mengembangkan program  One Village One Product (OVOP), atau satu desa/negeri di kembangkan satu produk unggulan lokal.

“Kedepan semua potensi pangan lokal kita harus dikembangkan. Saya lihat banyak hal yang dilupakan, termasuk pemerintah daerah pun tidak terlalu serius melihat persoalan ini, padahal dengan pangan, kita bisa lebih maju, karena sektor ini dapat menyentuh ekonomi masyarakat di pedesaan,” tandas Sangadji yang juga mantan Kepala Bappeda Provinsi Maluku kepada beritabeta.com, Senin (20/11/2018) malam.

Dijelaskan, program OVOP merupakan program unggulan yang harus dikembangkan secara kontinyu di daerah. Apalagi, daerah potensial seperti Maluku. Pendekatannya, harus dilakukan pendampingan dan pembinaan dengan melihat potensi masing-masing desa.

“Konsep ini sudah dikembangkan di Jepang. Ada wilayah yang bernama Oita, Jepang dan diadopsi oleh berbagai negara di dunia. Indonesia melalui Kementerian Perindustrian sejak tahun 2008, sudah melaksanakan program OVOP yang bertujuan untuk memajukan potensi industri kecil dan menengah kerajinan di sepuluh wilayah di Indonesia,” urainya.

Menurutnya, konsep ini bisa diadopsi untuk memajukan perekonomian di wilayah Maluku. Sebab, inilah sejatinya yang dikenal dengan ekonomi berbasis kerakyatan. Dan selama ini baik pemprov maupun pemkab di Maluku, tidak terlalu konsen dengan melakukan itu.

Mantan Kadis Ketahanan Pangan Provinsi Maluku ini mengatakan, dari sisi anggaran, keberpihakan pemerintah daerah sangat kecil.

“Ini adalah fakta, selama saya ada di birokrasi itulah yang kita temukan. Harusnya pembangunan infrastruktur juga sebanding dengan peningkatan sumber-sumber ekonomi lokal itu. Bahkan jika mau jujur dengan komoditas rumput laut saja ekonomi kita bisa setara dengan daerah lain,” bebernya.

Gorontalo misalnya, kata Sagadji, mampu menjadi sentra produksi Jagung, padahal produksinya hanya sebesar 10 persen, tapi karena daerah itu sudah terkenal, maka semua daerah di Sulawassy pasarnya mangarah kesana. Begitu juga Sulsel, disana luar biasa, komoditas rumput laut menjadi primadona dan menjadi penyumbang PAD yang cukup besar.

Atas dasar ini, kata Sangadji, kedepan ketika nantinya terpilih sebagai anggota DPD- RI,  konsep ini akan dipakai sebagai role model bagi pengembangan ekomoni masayarakat di Maluku.

“Kita mulai dari sana, kebutuhan benih/bibit petani kita penuhi dan harus ada semacam agen di setiap kecamatan. Target saya tidak muluk-muluk mungkin untuk satu kabupaten kita pilih dulu desa-desa potensial, soal pasar juga kita siapkan dengan kerjasama dengan para agen itu,”ungkapnya.

Ditanyai soal program yang dilalakukan pemerintah daerah saat ini, Sagadji menambahkan, apa yang dilakukan saat ini tidak menyentuh kepentingan masyarakat secara langsung. Pertumbuhan ekonomi Maluku juga hanya ada dikisaran level atas, sementara mereka yang ada di pedesaan tidak mengalami perubahan yang signifikan.

Dia bahkan memberikan contoh terkait harga kopra di pasaran Maluku yang lagi anjlok. “Ini karena wilayah itu tidak disasar oleh pemerintah, maka yang terjadi petani kita terus merana. Bukan saja kopra, tapi juga sejumlah komoditi unggulan daerah. Soal pasar saya kira kita harus mengkaji lagi,” katanya.

Terkait program OVOP, dirinya yakin bila dapat diaplikasikan kedepan, semua komoditi unggulan daeran akan dapat dikembangkan dengan maksimal. Dan tentu, imbas dari konsep ini aka nada pertumbuhan ekonomi di level bawah, ekonomi Maluku akan bergeliat di level itu dan menjadi sumber pendapatan bagi daerah kedepan.

“Semua komoditi, baik sagu, keladi, pisang dan sebagainya harus dikembangkan meski tidak serentak, tapi di desa-desa dengan potensi itu harus ada intervensi. 3 tahun saja saya kira desa-desa itu akan mandiri dari sisi kesiapan pangan,”ulasnya (BB-DIO)