Disintegrasi Sosial Menurun Saat Mukti Keliobas Pimpin SBT, Yanlua : Patut Diberi Apresiasi

BERITABETA.COM, Bula — Pada masa kepemimpinan Abdul Mukti Keliobas sebagai bupati Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT) selama dua periode, disintegrasi sosial di daerah itu potensial menurun dibandingkan dua periode sebelumnya yang dipimpin Abdullah Vanath.
Hal itu diungkapkan Ketua Fraksi Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan DPRD SBT, Abdul Azis Yanlua saat menjadi narasumber pada kegiatan Diskusi Publik yang digelar PWI SBT di Cafe dan Resto Langit Teduh, Pantai Wailola, Bula, Kamis (13/6/2024).
Yanlua mengatakan, dengan hadirnya Abdul Mukti Keliobas, sentimen kultur semakin ke sini semakin hilang, sehingga ada lagi orang menyebut ini orang gorom, orang werinama, orang seram timur dan lainnya, sehingga Abdul Mukti Keliobas patut untuk diberikan apresiasi.
"Di masa kepemimpinan Abdullah Vanath, disintegrasi sosial begitu tajam. Tetapi dengan hadirnya Mukti Keliobas, ruang disintegrasi sosial itu potensial menurun, tidak ada lagi orang menyebut bahwa ini orang werinama, ini orang gorom, orang seram timur dan seterusnya. Sentimen kultur itu semakin kesini semakin hilang. Ini patut juga diberi apresiasi," ungkap Abdul Azis Yanlua.
Kendati demikian, dia berujar, di masa kepemimpinan Abdullah Vanath, disparitas ekonomi sedikit potensial menurun ketimbang di masa kepemimpinan Abdul Mukti Keliobas
"Di masa kepemimpinan Abdullah Vanath mungkin kita kenal disparitas ekonomi mungkin saja sedikit potensial menurun. Tetapi di masa kepemimpinan Mukti Keliobas mungkin saja banyak rakyat yang tidak kita batasi keluh-kesahnya di ruang-ruang publik dan media sosial," ujarnya.
Anggota Komisi A DPRD SBT ini membeberkan, dua dasawarsa sudah memberikan ruang kepada semua masyarakat SBT untuk mengoreksi siapa yang tepat untuk memimpin SBT lima tahun kedepan.
Dia berdalih, masyarakat di kabupaten bertajuk 'Ita Wotu Nusa' itu memiliki pengalaman dipimpin oleh Abdullah Vanath selama 10 tahun dan Abdul Mukti Keliobas selama 10 tahun.
Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PDI Perjuangan SBT itu mengaku, dari pengalaman itu, tentu ada kelebihan dan kekurangan. Bagi dia, hal tersebut menjadi manusiawi.
"Dua dasawarsa sudah memberi ruang kepada kita untuk mengoreksi siapa yang tepat untuk memimpin daerah kita. Kita punya pengalaman dipimpin oleh Abdullah Vanath, kita punya pengalaman dipimpin oleh Abdul Mukti Keliobas. Dua dasawarsa telah kita nikmati kepemimpinan dari dua figur yang menjadi aset bagi kita semua. Tentu ada kelebihan dan kekurangan dan itu manusiawi," bebernya.
Ia menandaskan, rakyat di SBT punya harapan tentang lima tahun kedepan harus muncul satu figur yang harus mengakomodasi kekurangan dan kelebihan dari dua figur ini dari dua dasawarsa yang ada.
Menurutnya, semua orang yang hidup di SBT memiliki banyak referensi soal hal itu. Selain para narasumber pada diskusi publik itu, para peserta juga memiliki referensi soal siapa yang layak memimpin SBT kedepan.
"Tapi rakyat punya harapan kedepan, lima tahun ini harus muncul satu figur yang harus mengakomodasi kekurangan dan kelebihan dua figur ini dari masa kepemimpinan dua dasawarsa yang ada. Saya kira kita punya banyak referensi soal itu, bukan saja narasumber, tetapi semua yang hadir punya referensi soal siapa yang layak memimpin SBT kedepan," tandasnya. (*)
Pewarta : Azis Zubaedi