Mengamati ‘Puzzle’ Kekuatan Politik di Pilkada SBT
Oleh : M. Saleh Wattiheluw (Pengamat dan Mantan Anggota DPRD Maluku)
KURANG lebih 100 hari lagi perhelatan akbar demokrasi Pilkada di Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT) akan dihelat dengan menghadirkan tiga pasangan calon.
Kehadiran tiga kekauatan baru ini, tentunya cukup menarik untuk disimak. Terutama dengan pecah kongsi pasangan Mukti Keliobas – Fachri Husni Alkatiri (MUFAKAT) yang memimpin di periode ini, akan lebih membawa kita pada pengamatan yang lebih rumit.
Sejak KPU SBT menetapkan tiga pasangan baru yang akan bertarung di Pilkada SBT, itu artinya ada tiga kekuatan besar yang akan berkompetisi. Seperti apa kekuatan Fachri Husni Alkatiri – Arobi Kelian (FAHAM), Rohani Vanath – Ramli Mahu (NINA RAMAH) dan Mukti Keliobas – Idris Rumalutur (ADIL) ?
Jika dilihat dari basis massa maka pengamatan kita akan lebih tertumpuh pada dua sosok sentral yang masih akan memainkan perannya di Pilkada kali ini. Keduanya tak lain calon incumbent Mukti Keliobas dan mantan Bupati SBT dua periode Abdullah Vantah.
Kenapa keduanya dominan? Sebagai pengamat dan juga politisi yang pernah berproses di ranah ini, saya melihat kedua sosok ini masih punya peranan besar dalam memainkan strategi dalam pertarungan Pilkada SBT mendatang. Meskipun pengaruhnya bisa saja berubah, namun mereka masih menjadi magnet di Pilkada kali ini.
Mukti Keliobas seperti kita ketahui, memiliki basis massa di Pulau Gorom (Dapil 3) dengan deposit suara yang cukup signifikan di kisaran 7-10 ribuan, sedangkan Abdullah Vanath juga memiliki basis massa di kawasan dapil 1 yang menyasar Kecamatan Werinama dan sekitarnya.
Jika mengamati prilaku politik masyarakat SBT pada umumnya, maka kita akan sampai kepada sebuah kesimpulan bahwa persentasi pemilih berdasarkan pengaruh ketokohan atau figuritas masih cukup tinggi. Mukti Keliobas dengan posisinya sebagai tokoh adat (raja) tentunya masih memiliki peluang untuk tetap dipilih kembali.
Sementara Abdullah Vanath, meskipun saat ini tampil sebagai mentor bagi pasangan NINA RAMAH, namun legacy (warisan) kepemimpinan di dua periode sebelumnya, cukup sulit dilupakan masyarakat SBT.
Beberapa catatan keberhasilan saat memimpin, berikut ketokohannya sebagai salah satu pencetus pemekaran SBT, masih menjadi magnet tersendiri yang tidak bisa dilupakan.
Satu hal yang perlu diingat, retaknya duet pasangan MUFAKAT juga sangat berpengaruh dengan kokohnya tampilan pasangan NINA RAMAH. Entah gagal atau sukses pemerintahan MUFAKAT, namun indikator ini sedikit banyak telah menggerus kekuatan Mukti Keliobas dan Fachri Husni Alkatiri yang saat ini memilih tampil terpisah.
Fenomena ini bisa terlihat dalam beberapa kali momentum yang dilakukan NINA RAMAH jelang Pilkada SBT. Misalnya, saat deklarasi pasangan NINA RAMAH, proses memasukan dukungan KTP hingga pendaftaran ke KPU SBT, pasangan ini cukup membuat kejutan dengan hadirnya ribuan pendukung yang luar biasa. Faktanya, pasangan ini mampu lolos sebagai pasangan independent di Pilkada SBT, adalah sebuah keberhasilan yang patut diapresiasi.
Lalu bagaimana dengan pasangan FAHAM? Pasangan yang mengusung tagline “Jalan Baru” ini memang memiliki kekuatan politik yang juga tidak bisa diremehkan. Dengan deposit 7 Parpol pendukung, FAHAM bisa saja menjadi ancaman jika konsolidasi kekuatan Parpol yang dimiliki dapat dimaksimalkan dengan baik.
Hanya saja, bila diamati khusus SBT, kekuatan Parpol belum bisa menjadi garansi bagi kemenangan pasangan yang diusung, hal ini pendasarannya, karena hasil legisliatif belum tentu akan sama dengan hasil Pilkada.
Kemudian, untuk pasangan FAHAM ini, dengan munculnya pasangan NINA RAMAH, tentunya menjadi pertarungan di kantong-kantong basis makin seru.
Intinya, kita akan dipertontonkan dengan sebuah pertarungan yang cukup sengit antara ketiga pasangan ini. Saya menganalogikan seperti permainan Puzzle Game, dimana ruang yang sebelumnya sudah terbentuk, saat ini sudah bergeser. Tinggal siapa yang lihai untuk membentuknya kembali.
Tim sukses harus berhitung secara tetap, mafing tepat, mampu membaca isu-isu kekinian di bidang ekonomi sosial, sarana pra infrastruktur, pemerintahan untuk dikemas sebagai jualan pada kampanye merebut basis yang masih mengambang alias basis rasional.
Hal ini penting untuk dikaji, karena kemajuan teknologi dengan sajian informasi yang up date, terkait keberhasilan dan kegagalan pemerintahan saat ini, akan menjadi batu sandungan yang tidak bisa dianggap remeh.
Selaku pemerhati pembangunan ekonami melihat ketiga pasangan memiliki peluang yang sama (50:50). Tinggal bagaimana tim sukses mampu membaca peluang di setiap kesempatan untuk meraih basis massa yang ada, terutama massa mengambang.
Satu hal yang harus diakui dan menjadi catatan penting pasangan di jalur independent berjargon NINA RAMAH tidak bisa dianggap sepele, setidaknya pasangan ini sudah memiliki deposit suara di awal pertarungan dengan mengantongi dukungan rill 10 persen suara dari DPT. Apakah ini tetap bertahan dan bertambah hingga Desember 2020 mendatang, atau dapat tergerus?
Pertarungan ini cukup menarik untuk disimak. FAHAM, ADIL dan NINA RAMAH, siapapun yang terpilih tentunya sangat tergantung pada strategi yang dimainkan (***)