Ditinggal Pergi Ibunya, DPRD Malteng Pastikan Bayi dengan Hidrosefalus Sudah Bebas Pembiayaan
BERITABETA.COM, Masohi – Seorang bayi berinisial TO yang mengidap penyakit hidrosefalus dan dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Masohi, menjadi perhatian publik di Kabupaten Maluku Tengah (Malteng). Bayi berusia 6 bulan ini ditinggal pergi ibunya berinisial WD akibat keterbatasan ekonomi.
Keberadaan bayi ini akhirnya menuai perhatian Komisi IV DPRD Malteng yang langsung melakukan kunjungan melihat bayi TO di RSUD Masohi.
Kunjungan itu dilakukan Ketua Komisi IV DPRD Malteng Musriadin Labahawa bersama anggotanya Nirmala Pattikawa pada, Senin (9/12/2024).
Musriadin Labahawa mengaku kunjungan yang dilakukan pihaknya ke RSUD Masohi untuk memastikan kondisi bayi dan penanganan yang dilakukan.
“Kunjungan kami juga sebagai bentuk klarifikasi dari anggapan yang beredar di publik bahwa Pemerintah Daerah dan DPRD tidak peduli dengan kondisi bayi yang ditinggal ibunya ini,” tandas Labahawa kepada wartawan di Masohi.
Labahawa juga memastikan pihaknya sudah berkordinasi dengan pihak RSUD Masohi terkait biaya perawatan bayi dengan hidrosefalus ini.
“Jadi untuk biaya perawatan semuanya sudah aman. Dan pihak Rumah Sakit sudah memastikannya kepada kami,” tandasnya.
Labahawa mengaku saat ini yang menjadi kendala adalah ibu dari bayi ini yang belum kembali ke rumah sakit untuk mengurus anaknya.
“Kita berharap ibunya bisa kembali agar bisa mengurus bayi lagi, karena semua terkait pembiayaan sudah diselesaikan,” bebernya.
Seperti diketahui penyakit hidrosefalus adalah penumpukan cairan di rongga otak sehingga meningkatkan tekanan pada otak. Pada bayi dan anak-anak, hidrosefalus membuat ukuran kepala membesar.
Kasus yang terjadi pada bayi TO di RSUD Masohi diketahui, terjadi sejak 7 November 2024, saat TO dirawat di ruang melati RSUD Masohi.
Ibu WD, asal Desa Haruru, Kecamatan Amahai, Maluku Tengah, itu meninggalkan bayinya yang sudah dirawat pada 15 Oktober 2024.
Atas kejadian ini Direktur RSUD Masohi, Anang Rumuar juga membenarkan hal tersebut.
"Ia pasien itu dirawat dengan gejala Hidrosepalus pelayanan selama ini jalan normal. Bayi dirawat lebih dari sebulan tapi saat ini sudah bisa keluar. Hanya saja ibunya pergi tanpa kabar hingga saat ini," ungkap Rumuar.
Rumuar mengaku, WD merupakan ibu rumah tangga yang memiliki dua orang anak, dan dirinya harus rela mengurusi tanpa seorang suami.
Menurut Rumuar, WD tak memiliki biaya sama sekali saat merawat bayinya di rumah sakit, sehingga pihak RSUD menyarankan wanita tersebut untuk dapat mengurusi JKN.
Dan proses pengurusan harus dimulai dari Desa Haruru yang merupakan lokasi WD berdomisili.
"Kita sudah sarankan ambil keterangan di Desa tapi sampai saat ini tidak ada kabar," ujar Rumuar (*)
Pewarta : Edha Sanaky