Oleh :  Ernie. J. Mirpey, SE (Wakil Ketua DPD KNPI Provinsi Maluku)

PERMASALAHAN HIV/AIDS selalu menjadi isu global  yang menarik untuk diperbincangkan serta menjadi tantangan kesehatan di seluruh dunia. Penyakit ini sangat ditakuti dan kebanyakan orang berupaya untuk menghindarinya serta juga menghindarkan diri dari pengidap atau orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA).

ODHA dianggap sebagai orang-orang yang patut dikucilkan karena telah menyalahi norma-norma yang berlaku di masyarakat sehingga perlu dibuang  dari tengah keluarga serta dijauhkan dari lingkungan adat istiadat.

HIV (Human Immunodeficiency Virus) sendiri merupakan virus yang menyerang daya tahan tubuh manusia sehingga seseorang mudah terserang penyakit. Orang yang terinfeksi HIV,cepat atau lambat (2 sampai 10 tahun) akan menderita AIDS) (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) jika tidak berobat secara teratur. Sementara AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit dengan karakteristik defisiensi imun yang berat dan merupakan manifestasi stadium akhir infeksi HIV (Merati dalam Noer, 2004). 

HIV/AIDS pertama kali dilaporkan terjadi pada tahun 1981 di Amerika Serikat. Pada awalnya tampak seperti penyakit yang hanya ditularkan oleh laki-laki homoseksual. Semakin lama penyebaran virus ini semakin meluas terutama kepada kelompok-kelompok masyarakat lain seperti pengguna obat-obatan nakotika melalui jarum suntik dan para imigran Haiti.

Di Indonesia sendiri, HIV/AIDS pertama kali ditemukan di Provinsi Bali pada tahun 1987, hingga saat ini dilaporkan keberadaannya pada 433 Kabupaten/Kota  dari 514 Kabupaten/kota di 34 provinsi di Indonesia (Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kemenkes RI).

Hasil penelitian Stanhope dan Lancaster (2000), menggambarkan bahwa faktor sosial yang berkaitan dengan kurangnya pengetahuan disebabkan kurang terpapar informasi tentang penyebab terjadinya penularan infeksi HIV/AIDS, menyebabkan individu salah dalam bersikap dan berperilaku. Faktor sosial juga berkaitan dengan kemampuan masyarakat mendapatkan sumber-sumber informasi baik formal maupun informal. Kurangnya paparan terhadap informasi khususnya masalah kesehatan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku, sehingga cenderung melakukan tindakan yang berisiko terhadap masalah kesehatan.

Perlu diketahui bahwa mereka yang terjangkit penyakit HIV/AIDS adalah orang-orang yang sering melakukan hubungan badan (seks) dengan berganti-ganti pasangan, pengguna narkoba yang menggunakan alat suntik dipakai secara bergantian, bawaan lahir jika orangtua bayi mengidap penyakit HIV maka anak yang dilahirkan akan positif mengidap hal yang sama. Virus ini pada umumnya menyerang kekebalan tubuh, dan membuat penderita menjadi semakin lemah. Dapat dikatakan bahwa jalur utama penularan atau masuknya virus HIV ke dalam tubuh manusia berlangsung melalui adanya kontak cairan yang mengandung sel terinfeksi virus atau partikel virus. Yang dimaksud cairan tubuh disini adalah darah, sperma, cairan vagina, cairan serebropinal dan air susu ibu. 

Dalam konsentrasi yang lebih kecil virus ini terdapat pada air mata, air liur, air ludah dan air kemih. Dengan demikian HIV pada umumnya ditularkan melalui cara transfusi darah, sebelum dan selama proses persalinan/kelahiran, melalui ASI, penggunaan jarum suntik bersama-sama, hubungan seks anal/oral reseptif dan insertif. 

Provinsi Maluku sendiri berada pada urutan ke-10 kasus HIV-AIDS tertinggi di Indonesia, per 100.000 penduduk (AIDS Case Rate). Hai ini tentu sangat mengkhawatirkan.  Sebesar 68% kasus HIV/AIDS dialami oleh generasi muda usia 15 sampai 39 Tahun. Dengan cara penularan utama melalui hubungan seksual sebesar 90%, Homoseks sebesar 5% dan , 5% pengguna narkoba yang menggunakan alat suntik.

Kota Ambon merupakan yang paling terbanyak, kemudian disusul Kabupaten Maluku Tenggara, Kepulauan Aru, Maluku Tengah, Kota Tual, Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB), Maluku Barat Daya (MBD), Buru, Seram Bagian Barat(SBB), Seram Bagian Timur (SBT) dan Buru Selatan (DATA KPA per Desember 2018).

Dikutip dari salah satu media per 2019, 5.330 warga Maluku terjangkit HIV/AIDS, ini tentu menjadi ancaman dunia yang sangat serius kepada umat manusia, selain berdampak negatif pada bidang medis, juga berdampak negatif pada bidang lainnya seperti ekonomi, politik, etika, dan moral. Untuk itu masalah HIV/AIDS perlu mendapat perhatian serius kita bersama.

Terkait dengan permasalahan HIV/AIDS yang makin kompleks di Maluku dan menjadi ancaman dunia yang sangat serius kepada kita manusia, maka melalui tulisan ini ada beberapa solusi yang saya tawarkan  terkait pencegahannya  :

  1. Pemerintah baik eksekutif, legislative dan yudikatif  dan lembaga lembaga sosial serta organisasi kemasyarakatan harus lebih giat lagi dalam mengkampanyekan dan mensosialisasikan  secara lebih persuasif, mengenai HIV/AIDS mulai dari daerah perkotaan hingga ke pelosok pedesaan. Pendekatan persuasif dengan keluarga dan individu  sangatlah utama  karena keluarga merupakan kunci yang paling efektif.
  2. Perlu adanya pendekatan  secara agama karena seseorang yang mempunyai pemahaman agama yang kuat akan menghindari yang namanya hubungan badan (seks) dengan berganti-ganti pasangan, pengguna narkoba, dll.
  3. Langkah penyuluhan dan pemeriksaan rutin di berbagai lokalisasi maupun lokasi-lokasi hiburan wajib ditingkatkan.
  4. Perlu adanya peranan pendidikan kesehatan dengan melakukan intervensi sehingga perilaku individu atau kelompok sesuai dengan nilai-nilai kesehatan. Intervensi ini bisa dilakukan dalam meningkatkan pengetahuan yang komprehensif dan tepat agar tidak terjadi penularan HIV/AIDS.
  5. Perlu adanya Peraturan  Daerah yang  dapat mendukung dan selaras dengan upaya pencegahan dan  penanggulangan HIV dan AIDS disemua tingkat (***)