BERITABETA.COM  – Sekelompok peneliti dari Abbot Laboratories bekerja sama dengan University of Missouri, Amerika Serikat berhasil mendeteksi adanya jenis atau subtipe baru dari human immunodeficiency virus (HIV). .

Subtipe baru ini merupakan bagian dari Grup M. Subtipe juga berasal dari keluarga yang sama dari varian virus yang menyebabkan pandemi HIV secara global.

Varian baru ini ditemukan dalam sebuah studi dan hasilnya telah dipublikasikan dalam Journal of Acquired Immune Deficiency Syndrome pada,  Rabu (6/11/2019).

Sebagaimana diketahui, HIV memiliki banyak varian. Seperti banyak virus lainnya, HIV memiliki kemampuan untuk beradaptasi dan bermutasi sesuai kondisi.

Mengutip CNN, varian ini adalah yang pertama kali ditemukan setelah pedoman klasifikasi subtipe HIV dibuat pada tahun 2000 lalu. Pedoman ini dibuat untuk mempermudah uji coba vaksinasi.

“Ini bisa menjadi tantangan baru dan nyata untuk diagnosis HIV,” ujar peneliti, Mary Rodgers.

Peneliti menguji lebih dari 60 persen suplai darah di seluruh dunia. Dalam pengujian itu, mereka menemukan subtipe HIV baru.

“Kita mendeteksinya secara akurat,” ujar Rodgers meyakinkan.

Masyarakat Tetap Tenang

Direktur National Institute of Allergy and Infectious Diseases, Anthony Fauci mengatakan, terapi yang tersedia saat ini cukup efektif untuk menekan perkembangan virus, baik varian terbaru ataupun varian lainnya.

“Tak ada alasan untuk panik atau khawatir. Tidak banyak orang yang terinfeksi virus baru ini,” kata Fauci.

Kendati demikian, setidaknya penemuan ini mengingatkan dunia untuk terus berupaya mengakhiri pandemi HIV. Teknologi termutakhir dibutuhkan untuk terus memantau evolusi HIV.

Saat ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat sekitar 36,7 juta jiwa di dunia hidup dengan HIV. Sementara di Indonesia, data UNAIDS mencatat sekitar 630 ribu orang terinfeksi HIV pada 2018 lalu.

Penemuan strain baru ini disebut HIV-1 grup M subtipe L. HIV sebetulnya dibagi menjadi dua jenis utama, yakni HIV-1 yang lebih umum dan HIV-2 yang kurang menular dan hanya berperan pada sekitar 0,01 persen dari kasus yang terjadi. Kedua tipa ini lantas dibagi lagi menjadi beberapa strain.

HIV-1, misalnya, dikategorikan dalam empat grup, termasuk grup M yang merupakan penyebab 90 persen kasus HIV. Sebelumnya, grup M dianggap hanya terdiri dari sembilan strain: A, B, C , D, F, G. H, J, dan K. Di antara sembilan strain ini, C merupakan strain yang paling umum di seluruh dunia. Namun dengan ditemukannya jenis baru ini ini, kini jumlahnya jadi 10 strain.

HIV-1 grup M subtipe L ditemukan oleh para peneliti setelah menemukan tiga kasus terpisah. Dua ditemukan di Republik Demokratik Kongo (DRC) pada tahun 1980-an dan 1990-an, sedangkan sampel ketiga ditemukan pada 2001.

Sampel ketiga ini dikumpulkan sebagai bagian dari studi pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak. Namun, jumlah sampel yang begitu kecil menyulitkan para peneliti pada masa itu untuk mengurutkan genom virus HIV dan memastikannya sebagai jenis baru.

Perlukah kita khawatir? Meski demikian, para ahli menekankan kepada publik untuk tidak khawatir dan panik akibat penemuan virus HIV jenis baru ini.

“Kemajuan ilmiah dalam pemahaman kita tentang HIV terus bergerak dengan cepat. Penting untuk ditekankan bahwa ada banyak jenis HIV yang berbeda, tetapi kemampuan kita untuk mendeteksi dan mengobati virus tetap sama,” ujar Michael Worobey, kepala departemen ekologi dan evolusi biologi Univeristy of Arizona.

Dengan kata lain, obat antiretroviral yang ada sekarang masih dapat mengendalikan strain baru HIV ini. Selain itu, para ahli menegaskan bahwa strain HIV jenis baru ini cukup langka dan hanya menginfeksi segelintir orang di dunia. (BB-CNN)