BERITABETA.COM – Kawat gigi atau sering disebut ‘behel’ merupakan aksesoris yang paling sering digunakan oleh kalangan masyarkat. Fenomena alat bantu gigi ini sudah dikenal di dalam kebudayaan manusia sejak 2000 atau 3000 tahun sebelum Masehi.

Sebelum George Washington mengenakan gigi kayu yang terkenal, dokter gigi pada zaman itu sudah memikirkan metode meluruskan gigi. Pada tahun 1728, dokter gigi asal Perancis Pierre Fauchard merilis sebuah buku berjudul “The Surgeon Dentist”dengan keseluruhan bab tentang cara meluruskan gigi.

Fauchard menggunakan alat yang disebut “Bandeau” yaitu sepotong logam berbentuk korset untuk membantu meluruskan gigi yang tidak rata. Dokter Gigi Prancis Ettienne Bourdet mengikuti Fauchard pada tahun 1757 dengan bukunya “The Dentist’s Art” yang juga berisi tentang cara merapatkan gigi.

Bourdet adalah dokter gigi Raja Prancis. Dia selanjutnya menyempurnakan teori Bandeau, dan ia juga merupakan dokter gigi pertama yang merekomendasikan ekstraksi gigi premolar untuk mengurangi kepadatan. Ia juga yang pertama secara ilmiah membuktikan pertumbuhan rahang pada manusia.

Ahli bedah Skotlandia John Hunter menulis buku “The Natural History of the Human Teeth” pada tahun 1771 yang dengan jelas menggambarkan anatomi gigi. Hunter menciptakan istilah bicuspids, cuspids gigi seri dan geraham.

Buku keduanya, “A Practical Treatise on the Diseases of Teeth” menggambarkan patologi gigi. Meski meluruskan gigi dan ekstraksi untuk memperbaiki keselarasan gigi yang tersisa telah dipraktekkan sejak awal, orthodonsi sebagai sains sendiri tidak benar-benar ada sampai pertengahan 1800-an.

Pada tahun 1819 Delabarre memperkenalkan kawat gigi, yang menandai lahirnya ortodonsi kontemporer. Istilah orthodontia diciptakan oleh Joachim Lafoulon pada tahun 1841. Elastis gusi pertama kali dibuat oleh Maynard pada tahun 1843.

Tucker adalah orang pertama yang memotong karet gelang dari pipa karet pada tahun 1850. Dan pada akhir 1800-an, Eugene Solomon Talbot adalah orang pertama yang menggunakan Sinar-X untuk diagnosis ortodontik. Tapi semua ini tidak seberapa dibandingkan dengan kemajuan di bidang orthodonsi di abad ke-20.

Bapak Orthodontic

Sejarawan mengklaim bahwa beberapa pria di atas pantas mendapatkan gelar yang disebut “Bapa Orthodontik”. Fauchard tentu saja orang pertama yang berhasil merilis buku tentang cara meluruskan gigi. Pada tahun 1858 Norman W. Kingsley, seorang dokter gigi, penulis, seniman, dan pematung menulis artikel pertama tentang orthodonsi dan pada tahun 1880, bukunya “Treatise on Oral Deformities” diterbitkan.

Pria kedua yang pantas mendapat pujian adalah seorang dokter gigi bernama J.N.Farrar yang menulis dua jilid buku berjudul “A Treatise on the Irregularities of the Teeth and Their Corrections”. Farrar sangat pandai mendesain peralatan penjepit gigi dan dia orang pertama yang menyarankan penggunaan kekuatan pada interval waktu untuk memindahkan gigi.

Perawatan Pada Pengguna Kawat Gigi

Di Amerika pada awal 1900-an, Edward H. Angle merancang sistem klasifikasi sederhana untuk maloklusi, yang masih digunakan sampai sekarang (Kelas I, Kelas II dan sebagainya). Sistem klasifikasi-nya adalah cara bagi dokter gigi untuk menggambarkan bagaimana gigi bengkok dan bagaimana gigi bisa disatukan.

Inovasi lain di bidang orthodonsi di akhir 1800-an dan awal 1900-an adalah buku teks pertama tentang ortodonsi bagi siswa, yang diterbitkan oleh J.J. Guilford pada tahun 1889, dan penggunaan karet elastis, dipelopori oleh Calvin S. Case (beberapa ilmuwan percaya bahwa itu adalah H. A. Baker).

1970-an Hingga Saat Ini

Kawat gigi terus menjadi trend sampai pertengahan tahun 1970-an. Mengapa butuh waktu lama bagi dokter gigi untuk menciptakan kawat gigi modern? Pada 1970-an, Earl Bergersen menciptakan peralatan Ortho-Tain pasif, yang memandu pertumbuhan rahang dan membantu memperbaiki masalah ortodontik dan maloklusi pada anak-anak dan orang dewasa.

Peranti Ortho-Tain terlihat seperti mouthguard plastik biasa, dan biasanya dipakai di malam hari, atau hanya beberapa jam setiap hari. Dalam banyak kasus, orang telah mampu memperbaiki banyak jenis masalah ortodontik dengan peralatan custom yang dapat dilepas ini.

Sekitar tahun 1975, dua ahli ortodontik yang bekerja secara independen di Jepang dan Amerika Serikat mulai mengembangkan sistem mereka sendiri untuk menempatkan kawat gigi pada permukaan gigi. “Kawat tak terlihat” ini menawarkan kepada orang-orang kawat yang tembus pandang, jadi tidak ada orang lain yang bisa melihatnya.

Dibutuhkan pelatihan khusus untuk merawat pasien dengan kawat gigi lingual, dan banyak ahli ortodontik Amerika di tahun 1970-an dan 1980-an enggan menggunakan metode ini namun para ahli ortodontik di negara lain sangat menyukai penemuan ini dan terus melakukan kemajuan dengan teknik baru.

Baru-baru ini, kawat gigi lingual menjadi lebih populer karena teknologi membuat mereka lebih nyaman. Salah satu contohnya adalah iBraces, sebuah perusahaan yang merancang kawat gigi dengan bantuan komputer.

Kini, perkembangan kawat kawat telah banyak digunakan orang-orang di dunia. Fungsinya pun bukan lagi untuk memperbaiki masalah pada gigi. Tetapi, orang malah memilih menggunakan gigi kawat untuk kebutuhan fashion mereka.

Behel  dan Efek Negetif

Kawat gigi, yang masuk dalam perawatan ortodontik, adalah salah satu cabang kedokteran gigi yang menangani maloklusi gigi. Artinya adalah suatu kondisi gigi yang tak berada pada posisi yang tepat ketika mulut ditutup.

Fungsi perawatan ortodontik di antaranya adalah untuk menutup celah lebar di antara gigi, menyelaraskan gigi geligi yang terlihat miring, meningkatkan kemampuan berbicara dan mengunyah, serta mengatasi gigitan yang tidak tepat. Namun, seperti perawatan lainnya, pemakaian kawat gigi tak hanya dapat memperbaiki struktur gigi sesuai keluhan, tapi diam-diam juga punya dampak negatif yang bisa muncul. Apa saja?

Rasa Nyeri

Timbulnya rasa nyeri adalah efek samping umum yang sering terjadi saat melakukan perawatan ortodontik. Ketidaknyamanan ini ditandai oleh adanya tekanan, ketegangan, dan rasa sakit pada gigi.

Umumnya, rasa nyeri ini timbul pada hari kedua setelah pemasangan. Tak hanya itu, biasanya nyeri pada gigi depan lebih terasa dibandingkan gigi belakang. Untuk itu, dokter gigi akan memberikan beberapa obat-obatan untuk mengurangi rasa sakit dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan.

Resorpsi Akar

Resorpsi akar juga umum terjadi selama pergerakan gigi dengan alat ortodontik. Resorpsi akar dapat melibatkan sejumlah gigi yang dianggap sebagai “konsekuensi” dari perawatan ortodontik. Hal ini bisa makin parah jika pasien mengalami penyakit periodontal. Penyakit ini melemahkan tulang dan jaringan yang mengelilingi dan melindungi gigi, yang jika tidak ditangani tentunya dapat mengganggu dukungan penyangga gigi, sehingga pasien dapat kehilangan gigi tersebut. Risiko ini dapat meningkat dengan lamanya waktu perawatan.

Perubahan Warna Pada Gigi

Setelah melakukan perawatan ortodontik, perubahan warna pada gigi juga bisa terjadi. Ini merupakan salah satu dampak negatif yang dapat memengaruhi estetika pemakainya nanti. Kondisi ini terjadi terutama pada kawat gigi yang tidak bisa dilepas pasang.

Penyakit Periodontal

Komplikasi penyakit periodontal juga merupakan salah satu dampak negatif penggunaan kawat gigi yang tak jarang terjadi. Kondisi ini merupakan akibat dari pemeliharaan kebersihan mulut yang kurang baik. Ini bisa saja disebabkan oleh sulitnya membersihkan bagian sela gigi atau yang dekat dengan kawat. Sehingga, sisa makanan masih tertinggal dan terjadilah akumulasi plak.

Kerusakan Gigi

Kerusakan gigi seperti lesi karies dapat meningkat pada pemakaian kawat gigi. Umumnya ditemukan sebagai lesi white spot. Kondisi ini terjadi akibat penumpukan bakteri, terutama pada bagian yang sulit untuk dibersihkan. Kondisi ini bisa makin parah apabila pemakaian kawat gigi terlalu lama, yang memungkinkan kerusakan gigi lebih besar.

Dampak negatif setelah melakukan perawatan ortodontik memang bisa terjadi, yang merupakan akibat dari banyak faktor. Mulai dari faktor yang berkaitan dengan pasien, dokter gigi, atau peralatan ortodontik itu sendiri.

Namun, jangan khawatir, karena dampak negatif yang disebutkan di atas bisa dicegah melalui pemeriksaan dan perawatan yang tepat pada masing-masing kasus. Selain itu, kepatuhan pasien juga merupakan faktor yang berperan penting dalam kesuksesan perawatan dengan efek samping yang minimal.(BB)