BERITABETA.COM, Ambon – Komitmen pemerintah untuk menyediakan transportasi laut memadai bagi masyarakat yang mendiami sejumlah pulau di Maluku,  ternyata tidak sesuai kenyataan.

Puluhan penumpang yang sempat terbantu dengan kehadiran KM Sabuk Nusantara 104,  kembali menelan kekecewaan. Kapal yang baru memulai pelayaran perdana  pada Minggu (3/2/2019) dengan  rute Saumlaki-Dawelor-Tepa-Sermatang-Lakor-Moa-Kisar-Kupang mengalami kerusakan kemudi di Pelabuhan Saumlaki.

Sebanyak 40 orang penumpang terlantar di Pelabuhan Saumlaki. Para penumpang dibiarkan terlantar begitu saja di pelabuhan. Mereka yang memiliki keluarga bernasib lebih beruntung. Namun bagi warga yang tidak memiliki sanak famili, harus tidur di ruang tunggu sambil menunggu kapal diperbaiki.

Mereka harus hidup hemat,  mengingat persediaan uang  mereka juga semakin menipis  karena  digunakan  untuk kebutuhan makan dan minum setiap hari.  Sementara pihak Pelni Saumlaki  tidak memberikan kejelasan yang pasti, kapan kapal tersebut bisa beroperasi lagi.

Puluhan penumpang KM. Sabuk Nusantara 104 yang terlantar di Pelabuhan Saumlaki akibat kapal yang ditumpangi mengalami kerusakan (foto: BERITABETA.COM)

Salah satu penumpang kapal, Roni Erensdeli, warga Desa Romkisar, Kecamatan Donahera, Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD) kepada beritabeta.com via ponselnya, Senin (11/2/2019) menuturkan, saat ini kondisi penumpang   KM Sabuk Nusantara 104 sangat memprihatinkan.  Sebagian dari mereka  nyaris sudah tidak memiliki uang,  sehingga memilih tinggal diterminal, sambil menunggu kapal selesai diperbaiki.

“Sebagian dari kami tidur di terminal, karena tidak punya keluarga. Kalau saya masih beruntung karena tinggal disalah satu keluarga, tapi untuk penumpang lain kondisinya sangat kasihan. Sudah seminggu lamanya kami menunggu perbaikan kapal untuk pulang ke kampung, tapi belum ada pemberitahuan dari pihak Pelni,”keluhnya.

Roni mengaku, naik dari Pelabuhan Sermatang dengan tujuan Saumlaki, sejak 3 Pebruari . Tiba di pelabuhan Saumlaki, Rabu 5 Pebruari, kapal ternyata tidak jadi berangkat.

Menurutnya, setelah sempat menunggu selama dua hari tanpa kejelasan, mereka mendapat informasi kalau kapal tersebut mengalami  kerusakan pada kemudi, yang kemudian dikuatkan oleh nakhoda kapal saat dikonfirmasi.

“Nakhoda kapal membenarkan kalau kemudi kapal rusak, dan berjanji, Jumat 8 Pebruari, kami sudah bisa berangkat. Tapi  ini sudah seminggu lamanya  kami belum juga berangkat, dan tidak ada solusi yang diberikan untuk kami,”ungkapnya.

Roni juga mengatakan, tidak ada kapal pengganti lain yang melayari rute tersebut, sehingga tidak ada alternatif bagi penumpang kapal yang rata-rata memiliki ekonomi terbatas  ini untuk pulang ke kampung halamannya.

Mewakili penumpang lainnya, Roni  mengaku telah bertemu dengan pihak Syahbandar setempat, namun diarahkan untuk menemui pihak Pelni Saumlaki. Dari pertemuan tersebut Roni membeberkan, Kepala Pelni Saumlaki telah memberikan penjelasan bahwa KM Sabuk Nusantara 104 adalah kapal baru, sehingga masih memiliki masa garansi.

“Rencananya  tim teknisi dari galangan kapal di Surabaya akan datang untuk melakukan perbaikan, tapi kami harus menunggu sampai kapan. Apalagi tidak ada jaminan waktu yang diberikan oleh Pelni kepada kami,”tukasnya.

Sejumlah bahan makanan yang dibeli untuk persediaan dibawa  pulang  kekampung,  juga kata Roni terancam rusak. “Kami hanya minta perhatian dari pemerintah daerah, baik Provinsi maupun kabupaten untuk memperhatikan nasib kami. Minimal ada solusi atau alternativ lain yang diberikan, agar kami dapat kembali pulang. Jangan biarkan kami seperti ini,”pintanya. (BB-DIA)