Mercy Barends : Peran GPM Cukup Besar dalam Membangun Nilai – Nilai Spiritual Kebangsaan

BERITABETA.COM, Ambon - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Daerah Pemilihan (Dapil) Maluku, Mercy Chriesty Barends, menyampaikan pesan dan kesan mendalam atas terlaksananya Sidang Sinode ke-39 Gereja Protestan Maluku (GPM) yang digelar di Ambon.
Politisi PDI-Perjuangan ini menyampaikan apresiasi dan dukungan penuh atas terlaksananya moment istimewa itu.
Mercy yang hadir langsung sebagai warga GPM mengaku, sidang Sinode GPM ini merupakan peristiwa besar yang memiliki makna mendalam, bukan hanya bagi jemaat GPM, tetapi juga bagi masyarakat Maluku dan Indonesia secara umum.
“Sebagai wakil rakyat dan bagian dari keluarga besar GPM, saya menyambut dengan positif pelaksanaan Sidang Sinode ke-39 ini. Ini bukan sekadar forum internal gereja untuk menyusun arah pelayanan ke depan, tetapi wadah strategis untuk memastikan gereja tetap hadir di tengah pergumulan umat, masyarakat, bangsa, dan negara,” ungkap Mercy Barends di usai mengikuti Sidang GPM di Ambon, Senin (20/10/2025).
Menurut Mercy, GPM memiliki peran penting dalam membangun nilai-nilai spiritualitas dan kebangsaan di Tanah Maluku.
Pasalnya, keberadaan gereja selalu menjadi ruang pengharapan dan kekuatan moral yang membantu masyarakat menghadapi berbagai tantangan zaman, termasuk isu kemiskinan, pendidikan, ketimpangan sosial, hingga perubahan iklim.
“Sidang ini menjadi momentum untuk merefleksikan pelayanan dan arah perjalanan gereja. Saya percaya, kepemimpinan baru yang akan lahir nanti akan mampu melakukan lompatan besar, tidak hanya dalam penguatan iman jemaat, tetapi juga dalam kontribusi nyata terhadap kemajuan bangsa dan negara,” ungkapnya.
Mercy Barends juga menyoroti bahwa GPM sebagai bagian dari Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) memiliki posisi penting di tingkat nasional.
Bahkan, GPM juga memiliki cabang dan perwakilan aktif di Jabodetabek yang terus terlibat dalam kegiatan lintas iman, dialog kebangsaan, dan kerja-kerja sosial kemasyarakatan.
“Banyak kegiatan GPM yang berorientasi pada pembangunan karakter bangsa. Gereja bukan hanya bicara soal spiritualitas, tetapi juga tentang bagaimana nilai-nilai iman diterjemahkan dalam tindakan nyata untuk memperkuat demokrasi, toleransi, serta solidaritas sosial di tengah kehidupan berbangsa,” jelasnya.
Ia menegaskan, gereja memiliki tanggung jawab moral untuk terus hadir dalam dinamika bangsa dengan menawarkan nilai-nilai kasih, keadilan, dan perdamaian.
“Saya percaya GPM akan terus menjadi pelita di tengah masyarakat, menjadi kekuatan moral yang menyatukan spiritualitas dan kebangsaan sebagai fondasi membangun Indonesia yang adil dan sejahtera,” tutupnya (*)
Editor : Redaksi