Waspadai Money Politic dan Calon By Order dari Luar GPM
Oleh: Julius R. Latumaerissa (Akdemisi dan Warga GMP)
Indikasi Money Politic
Money Politic seharusnya tidak dijadikan sarana dalam memberhasilkan pemilihan Ketum Sinode dalam sidang sinode GPM tanggal 13 Februari 2021. Seharusnya para calon Ketum Sinode GPM harus membuktikan bagaimana dedikasinya sebagai hamba Tuhan / Gembala sidang, sehingga tidak harus memberikan sejumlah uang sebagai day pikat bagi peserta sidang.
Hal ini akan menimbulkan dampak negatif yang sangat merugikan seluruh proses persidangan dan hasil persidangan sinode itu sendiri dengan terpilihnya Ketum Sinode GPM Based on Money Politic atau Ketum By Order, karena kekuasaan yang semestinya diberikan melalui suatu trust telah dibeli dengan uang.
Dampaknya yang dirasakan adalah lemahnya pembinaan kepada Jemaat dan akan banyak kendala dan kompetisi tidak akan terkejar. Sehingga peserta sidang yang Sebagian besar adalah pendeta / hamba Tuhan / Gembala Sidang, seharusnya berfikir SERIBU kali jika menerima uang dari para Calon Ketum yang menginginkan dirinya atau Calon yang didorong oleh pihak eksternal yang memiliki kepentingan dengan GPM dalam jangka panjang agar dipilih peserta sidang.
Seharusnya para Pendeta / Hamba Tuhan / Gembala Sidang yang duduk sebagai peserta sidang tidak hanya diam dan tidak bersikap dalam menanggapi fenomena indikasi Money Politic ini, karena kalu fenomena ini sudah menjadi tradisi BURUK dalam setiap persidangan sinode GPM maka ini adalah catatan sejarah yang TERBURUK bagi generasi muda Gereja dalam lingkup hidup ber-gereja di Maluku.
Money Politic memang sulit untuk di hentikan akan tetapi sebagai peserta sidang yang secara pribadi adalah Pendeta / Hamba Tuhan / Gembala Sidang harus mengkaji bahwa Money Politic sangat merugikan kita semua dan Money Politic adalah Political Education yang sangat buruk sehingga akan mempengaruhi perilaku anggota jemaat GPM sebagai masyarakat dalam kontestasi politik lokal di Maluku di masa yang akan datang
GPM Dalam Dinamika Politik Lokal Maluku
Suka atu tidak, sepakat atau tidak, kita semua tidak dapat menafikan bahwa GPM sebagai institusi gereja memiliki kedudukan dan peran strategis dalam iklim perpolitikan lokal di Maluku. Oleh karena itu sudah tentu posisi strategis ini tidak akan diabaikan oleh pihak-pihak eksternal yang memiliki kepentingan politik jangka Panjang di Maluku.
Dalam kalkulasi politik praktis suara GPM juga ikut menentukan perjalan sejarah politik lokal di Maluku. Untuk itu peserta sidang harus CERDAS dan mampu membaca setiap balon yang kemudian akan menjadi Calon Ketum dalam persidangan ini.
Umumnya money politic sangat erat dengan calon by order dari pihak luar, karena itu diharapkan peserta sidang yang sebagian besar adalah pendeta / hamba tuhan / gembala sidang, harus mampu untuk memilih ketum gpm berdasarkan hikmat tuhan dan based on kriteria-kriteri objektif, rasional, dan terukur.
Peserta sidang Sinode GPM harus mengedepankan kapasitas, integritas, profesionalitas dalam Penilaian (Assessment) dan masalah Kaderisasi (Regeneration) calon Ketum GPM. Sidang sinode GPM XXXVIII ini jangan sampai gagal dalam melakukan proses kaderisasi, karena kaderisasi merupakan salah satu roh dalam pertumbuhan GPM dalam pelayanan dan kesaksian
Hal ini sangat penting untuk menentukan langkah manajemen GPM ke depan yang lebih baik, terbuka, akomodatif, dan mampu bekerja sama dengan semua pihak di luar gereja, tanpa kehilangan marwah GPM itu sendiri. Mempertahankan marwah GPM adalah hal mutlak yang tidak dapat ditawar, karena pengabaian atas hal ini, sangat menciderai rasa aman, nyaman dan kedaulatan umat Kristiani di Maluku.
Ketum by order jelas mencerminkan kelemahan ketajaman peserta sidang dalam bersikap dan melihat kemurnian persidangan sinode yang dapat saja tercemari dengan muatan-muatan politik eksternal. Saya sangat berharap para Pendeta / Hamba Tuhan / Gembala Sidang yang hadir dalam persidangan ini dapat belajar dari perjalanan kepemimpinan GPM dari periode ke periode, dan lebih khusus pelajaran Kongres AMGP yang baru saja selesai dilaksanakan di Ambon.
Saya sangat berharap perkembangan dinamika persidangan Sinode GPM ke XXXVIII ini tidak sampai melemahkan sendi persudaraan dan kebersamaan kita sebagai umat. Hadirnya skenario politik belah bambu jelas akan sangat mengancam persaudaraan dan kebersamaan kita terutama para peserta sidang (***)
Selamat Bersidang dalam Kasih Tuhan Yesus Kristus