BERITABETA.COM, Ambon – Hari ke-6 Sidang Sinode Gereja Protestan Maluku (GPM) ke-38 kini masuk tahap pleno komisi. Sementara proses pemilihan ketua MPH Sinode GPM rencananya akan dilaksanakan Senin atau Selasa nanti. Beberapa nama mengemuka dan siap mencalonkan diri untuk memimpin GPM lima tahun kedepan.

Salah satu kandidat yang siap maju bertarung merebut kursi 01 MPH Sinode GPM adalah Ketua Klasis (Kekla) Pulau Ambon Pendeta Riko Rikumahu.

Menurut Rikumah, sebelum persidangan, dirinya tidak punya niat untuk mencalonkan diri. Namun karena mendapat dorongan dari Klasis dan berkontemplasi kurang lebih seminggu dengan melihat dinamika sidang ke-38 Sinode GPM, sehingga dirinya membulatkan tekad untuk calon ketua MPH Sinode GPM periode 2021-2026.

“Saya merasa ini sudah waktunya untuk ambil keputusan di level lebih tinggi soal masa depan Gereja. Coba ikuti saja dari kemarin sampai tadi, pleno komisi ajaran Gereja. Ada carut marut. Satu minggu sebelum sidang dan sampai tadi saya lihat ada dimensi kekuasaan yang mengendap pada kesadaran pendeta-pendeta di GPM,”katanya kepada wartawan di sela-sela persidangan, Jumat (12/02/2021).

Ia menjelaskan banyak orang sudah mulai melihat jabatan-jabatan Gerejawi sebagai kekuasaan, tempat untuk orang berkuasa dan itu berbahaya. Karena substansi Gereja bisa bergeser.

“Orang mulai melihat menjadi Pendeta di GPM itu lapangan kerja. Cara pandang ialah Pendeta itu profesi. Maka dia akan meminta untuk dibayar profesional. Padahal konsep Gereja yaitu hamba. Saya didesak untuk aturan pokok GPM, kata gaji diganti upah. Sebab kita hanya buruh seperti buruh pelabuhan, yang kerja baru diberi upah dan makan. Itu yang harus dijaga. Hanya dengan cara itu Gereja bisa berfungsi,”jelasnya.

Menurut Rikumahu, dari proses sidang Sinode hingga hari ini, beredar ada sekitar 5-6 nama yang akan calonkan diri menjadi ketua Sinode GPM. Perlu membuka rekam jejak kandidat satu per satu, siapa mereka.

“Saya pesimis dengan situasi yang terjadi saat ini. Pesimistis ini yang membuat saya telah ambil keputusan untuk maju dengan segala macam risiko. Tidak pernah ada yang bisa pimpin Gereja ini secara sempurna, dia punya keterbatasan dan kelemahan. Berkaca dari kepemimpinan ketua Sinode sebelum-sebelumnya,”ungkapnya.

Terkait dengan masalah yang terjadi di Klasis Pulau Ambon Timur dan menjadi cakapan serius di Sidang Sinode dan dibreakdown pada panitia khusus (Pansus), menurut Rikumahu, ini sangat berpengaruh terhadap umat. Sehingga dalam situasi pelik ini, sikap maju sudah bulat.

Disinggung mengenai usia pensiun Pendeta, Rikumahu yang juga ketua komisi peraturan pokok GPM mengaku dalam rapat komisi sudah sepakat di usia 58 tahun, tinggal berproses di pleno. Dikorelasikan dengan komisi kriteria juga sama.

“Mungkin saja dalam pleno akan muncul wacana sekalipun dosen pensiun di usia 65 tahun, tapi usia maksimal saat mereka mencalonkan diri jadi ketua Sinode 58 tahun supaya sama. Kalau ini muncul saat pleno, tensinya tambah naik, saya sudah hitung pasti naik. Karena tensinya naik, saya mesti maju,”kata Rikumahu menambahkan.

“Kuncinya kita mesti siapkan solusi ditengah kebuntuan itu, maka saya mesti maju karena kita tidak pernah bisa menjadi manusia sempurna tapi untuk bekerja kita semua masih bisa,” tuturnya.

Selain Rikumahu, nama-nama potensial lain namun belum resmi menyatakan diri maju diantaranya Pendeta AJS Werinussa ketua MPH Sinode GPM saat ini, Pendeta Chr J Ruhulessin, Pendeta Cak Sapulette ketua Klasis Pulau Ambon Timur, Pendeta Ferry Nahusona, Pendeta Hendri Hetharie, Pendeta Elifas Maspaitella sekretaris umum MPH Sinode saat ini  (BB-YP)