Musim Dingin Ancam 16,4 Juta Orang di Inggris
BERITABETA.COM – Pemerintah Inggris membuka sebanyak 3.300 “Bank Hangat” di seluruh Inggris karena jutaan orang menghadapi prospek kemiskinan bahan bakar musim dingin di negara tersebut.
Badan Meteorologi (Met Office) memperkirakan musim dingin akan mengancam jutaa orang, karena suhu bisa turun hingga -10 derajat Celcius di beberapa lokasi selama sepekan ke depan.
Mengantasipasi ancaman ini koalisi kelompok Kristen, Kampanye Sambutan Hangat telah melibatkan organisasi komunitas, gereja, perpustakaan, dan bisnis membuka pintu mereka bagi orang-orang yang sangat ingin menghangatkan diri dari cuaca dingin.
Beberapa dari ruang ini menawarkan teh gratis dan ruang untuk bekerja.
Laporan The National pada Sabtu menyebutkan, “sepertiga atau bahkan setengah penuh”.
“Ada sedikit keraguan bahwa kita sedang menuju momen krisis musim dingin ini dalam menghadapi inflasi energi dan bahan bakar,” ungkap aktivis Kristen Carl Beech di situs kampanye tersebut.
“Orang-orang akan menghadapi pilihan yang sulit antara makanan dan kehangatan. Menciptakan ruang yang hangat dan sangat ramah… akan menjadi kebutuhan mutlak,” papar Beech.
Sementara angka dari Koalisi Kemiskinan Bahan Bakar Akhir, 16,4 juta orang di Inggris tidak akan mampu membeli pemanas musim dingin ini. Kampanye Sambutan Hangat menyatakan satu dari sepuluh kematian berlebih pada musim dingin ini akan disebabkan oleh kemiskinan yang parah.
Selain itu, bantuan pemerintah, meskipun menambah miliaran pound untuk utang nasional, masih akan turun 800 poundsterling (USD980) per rumah tangga kurang dari menebus meningkatnya biaya hidup.
Sementara itu, cuaca beku melanda Inggris akhir pekan ini, dengan Met Office memperkirakan salju, es, dan suhu serendah -10 derajat Celcius di beberapa lokasi.
Kabut beku diperkirakan terjadi di seluruh Inggris selatan pada Minggu dan Senin, dengan hujan es atau salju berpotensi melanda tenggara pada Minggu.
Biaya energi dan inflasi, yang merangkak naik sejak berakhirnya pandemi Covid-19, telah meroket sejak Inggris memutuskan menghentikan penggunaan bahan bakar fosil Rusia awal tahun ini (*)
Editor : Redaksi