BERITABETA.COM, Ambon  - Jumlah pasien Covid-19 di Kota Ambon yang sembuh meningkat cukup signifikan. Catatan Dinas Kesehatan Kota Ambon, dari jumlah total 8.699 orang yang terkonfirmasi positif Covid-19, 6.631 orang dinyatakan sembuh.

"Saat ini yang sembuh mencapai 6.631 orang dari jumlah terkonfirmasi 8.699 orang. Sedangkan yang masih dirawat di rumah sakit, pusat karantina terpusat dan isolasi mandiri sebanyak 2.213 orang," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Ambon, Wendy Pelupessy, Selasa (10/8/2021).

Menurutnya, tingginya angka kesembuhan semakin baik terlihat dari tingkat keterisian rumah sakit dan pusat karantina di Kota Ambon turun di bawah 60 persen.

Tingkat keterisian tempat tidur pasien (Bed Occupancy Rate/BOR) di fasilitas kesehatan yang menangani pasien COVID-19 di bawah 60 persen.

Wendy juga mengakui, tingkat BOR rumah sakit menurun, artinya banyak pasien Covid-19 yang sembuh dan tidak lagi dirawat di rumah sakit. Hal ini juga ditandai dengan ditutupnya salah satu fasilitas karantina terpusat oleh Pemkot Ambon yakni penginapan Garuda Inn.

“Pusat karantina yang masih dipakai Pemkot Ambon saat ini adalah Hotel Everbright, Wijaya, LPMP dan satu pusat karantina yang difasilitasi Pemprov Maluku yakni Asrama Haji,” jelasnya.

Sebelumnya, pada Rabu 4 Agustus 2021 Kota Ambon kembali ditetapkan sebagai ke zona oranye (Resiko Sedang) penyebaran Covid-19 di tanah air, dengan mengalami peningkatan skor 0,16 poin dari skor sebelumnya.

Wendy menjelaskan, sepakan lalu skor kota Ambon ada di angka 1,73 (zona merah) namun mengalami kenaikan menjadi 1,89 dan sudah berada di zona rranye atau resiko sedang.

Kadinkes Kota Ambon ini menjelaskan, angka kesembuhan menjadi faktor yang mempengaruhi peningkatan skor.

Meski telah berada di zona oranye, namaun Wendy mengingatkan, kenaikan skor Ambon belum signifikan, dan masih bisa bergerak dinamis, antara zona oranye dan zona merah.

“Kita memang berada di zona oranye, tapi kenaikan skor kita belum signifikan,” ungkapnya.

Penyebab skor kota Ambon tidak meningkat signifikan, karena positivity rate yang masih tinggi yakni 31,5 persen. Padahal Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan Positivity Rate mesti dibawah 5 persen.

“Untuk menurunkan Positivity Rate kita harus perkuat di tracing, testing dan treatment (3T). Itu merupakan inti pengendalian pandemi, selain protokol kesehatan dan vaksinasi,” ujarnya (*)

Pewarta : Febby Sahupala