BERITABETA.COM, Ambon – Indonesia Timur kini tidak hanya dibayangkan sebagai satu kesatuan geografis-teritorial, lebih dari itu sebagai satu kesatuan politik. Indonesia Timur tidak hanya menyangkut kesamaan tradisi atau model relasi dalam masyarakat, tetapi juga kesamaan nasib dalam frame pembangunan nasional.

Di dalam frame itu bisa ditemukan narasi menyangkut kesenjangan, kemiskinan, ketertinggalan, dalam berbagai aspek terkhususnya infrastruktur dan ekonomi masyarakat, yang terbentang masif sebagai diskursus wajib komunitas Indonesia Timur dari NTT, Maluku, sampai pedalaman Papua.

Konteks yang begitu strategis mesti direspon dengan cara cerdas oleh kaum pandai-terpelajar terkhususnya mahasiswa yang juga memiliki fungsi strategis untuk mengawal sekaligus mengontrol jalannya pembangunan di Indonesia Timur.

Menyikapi urgensi tersebut, Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Cabang Ambon menggelar diskusi bertemakan Peran Serta Mahasiswa dalam Mewujudkan Pembangunan dan Mendukung Kesejahteraan di Kawasan Indonesia Timur.

Diskusi yang diarahkan langsung Benico Ritiauw ini dihadiri oleh berbagai kalangan mahasiswa. James Pakniany yang hadir sebagai pemantik diskusi melihat, mahasiswa memiliki peran yang sangat strategis dalam mengawal pembangunan.

“Olehnya, mahasiswa tidak hanya berlaku sebagai agent of change tetapi juga sebagai agent of control. Kaum intelektual juga sebagai duta, yang berfungsi mengawal pembangunan daerah dan nasional. Mahasiswa tidak boleh jadi beban bagi masyarakat, namun sebaliknya, sebagai jawaban atas kebutuhan masyarakat,” ujarnya.

Mahasiswa, kata James, memiliki peranan penting, sebab diperlengkapi dengan pengetahuan dan juga jaringan yang memadai. Olehnya, sebagai kaum intelektual harus sensitif guna membangun peradaban di masa mendatang.

Dia juga mengatakan, mahasiswa selalu hadir dan menjadi bagian dari deretan peristiwa pembangunan. Kehadiran itu diisi melalui aksi dan gagasan yang distimulasi untuk menopang praksis pembangunan daerah maupun nasional.

James menambahkan, Indonesia Timur memiliki problema pembangunan yang serius dan komprehensif, semisal kasus Amdal Blok Masela. Sehingga mahasiswa harus menjaga solidaritas dalam mengawal pembangunan, terkhususnya di Indonesia Timur.

“Dan, agar aksi bersama dan tidak tersekat-sekat berdasarkan suku dan golongan,” katanya.

Miraldo Alexander Andries, PJS Ketua GMKI Cabang Ambon mengatakan, khusus untuk gerakan mahasiswa semisal GMKI, harus berjalan sesuai dengan wilayah dan medan pelayanan. Namun sisi lain, banyak kader yang terlibat aktif dalam mengadvokasi isu-isu terkini menyangkut pembangunan, baik daerah maupun nasional.

Seperti aksi menolak tambang marmer dan juga Amdal Blok Masela yang dilakukan beberapa minggu lalu. “GMKI akan tetap megawal pembangunan daerah dan nasional baik melalui organisasi maupun sikap dan tindakan para kader cerdas,” tegasnya.

Dia bilang, GMKI banyak terlibat dalam berbagai aksi mengawal proses pembangunan daerah dan juga nasional, semisal menyangkut petani sopi, RUU P-KS, aksi protes terhadap kebijakan pemerintah daerah dan kota dalam penanggulangan COVID-19, dan menolak Omnibus Law UU-Cipta Kerja.

Selain diskusi, juga dilakukan deklarasi Mahasiswa Indonesia Timur. Deklarasi ini untuk mendorong dan mendukung pemerintah agar dapat mewujudkan pembangunan dan kesejahteraan di Kawasan Timur Indonesia.

“Pemuda dan Mahasiswa Indonesia Timur harus bersatu dalam memupuk Persatuan dan Kesatuan. Saatnya kita bergandengan tangan bersama pemerintah untuk memaksimalkan pembangun di wilayah Timur dengan semangat nasionalisme,” katanya kepada wartawan, Senin (30/11/2020).

Pentingnya nasionalisme dalam pembangunan daerah, sambung dia, ditujukan untuk kesejahteraan. Ia juga berharap, diskusi yang digelar dijadikan sebagai momentum untuk membangun semangat dan pola pikir baru guna menyatukan kekuatan pembangunan wilayah Timur Indonesia.

“Terus sebarkan rasa persaudaraan dan kedamaian serta sinergikan kekuatan bersama untuk pembangunan di kawasan Indonesia Timur, khususnya Maluku dan Papua,” pungkasnya. (BB-TAN)