BERITABETA.Com, Ambon – Petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Jawa Timur mengembalikan puluhan burung endemik ke Maluku. Burung berbagai jenis ini diterbangkan menggunakan pesawat Lion Air dari Bandara Internasional Juanda Surabaya pada pukul 07.00 WIB, dan tiba di Bandara Pattimura Ambon sekira pukul 12.50 WIT.

Burung-burung yang ditranslokasi tersebut yakni, 12 ekor Kakatua Koki (Cacatua galerita), 2 ekor Kakatua Putih (Cacatua alba), 1 ekor Kakatua Raja (Probosciger aterrimus), 1 ekor Kakatua Tanimbar (Cacatua goffiniana), 14 Nuri Maluku (Eos bornea), 14 ekor Nuri Bayan (Eclectus roratus) dan 1 (satu) ekor Perkici Pelangi (Trichoglossus haematodus).

Penyerahan satwa liar ini dilakukan perwakilan Balai KSDA Jawa Timur dan diterima langsung Kepala Balai KSDA Maluku, Danny H. Pattipeilohy. Burung-burung yang ditranslokasikan merupakan hasil dari kegiatan pencegahan peredaran tumbuhan dan satwa liar yang dilakukan petugas Balai Besar KSDA Jawa Timur, di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, dan hasil penyerahan secara sukarela dari masyarakat Jawa Timur.

Satwa-satwa itu, kini diistirahatkan di Kandang Transit Passo, Kecamatan Baguala, Kota Ambon untuk proses pemulihan kondisi fisik dan kesehatan. Satwa-satwa ini juga akan menjalani pemeriksaan kesehatan ulang oleh Dokter Hewan Balai KSDA Maluku dan Balai Karantina Hewan, sebelum dibawa ke kandang habituasi di Pulau Seram dan Kepulauan Aru.

Sebelum tiba di Maluku, hewan-hewan ini lebih awal sudah menjalani proses pemeriksaan kesehatan, karantina dan rehabilitasi di Kandang Transit Sidoarjo, di Jawa Timur, kurang lebih selama 1 sampai 2 tahun. Hasil karantina dan rehabilitasi menyebut, kondisi burung-burung itu sudah sangat liar dan siap dilepasliarkan ke habitat aslinya.

Burung-burung ini merupakan satwa asli dan endemik Kepulauan Maluku, sehingga untuk proses pelepasliaran harus dilakukan di habitat aslinya. Rencana dalam waktu dekat akan dilepasliarakan ke habitat aslinya di Kawasan Konservasi Cagar Alam (CA) Gunung Sahuwai, Kabupaten Seram Bagian Barat dan Suaka Margasatwa (SM) Pulau Kobroor, di Kabupaten Kepulauan Aru.

CA Gunung Sahuwai dan SM. Pulau Kobroor dinilai sebagai lokasi yang tepat lantaran di kawasan tersebut merupakan salah satu habitat asli dari burung-burung tersebut. Selain itu kondisi kawasan konservasinya masih sangat bagus dan terjaga dengan potensi sumber pakan alami, yang memadai.

Faktor pendukung lain, lokasi pelepasliaran tersebut merupakan tempat pendampingan Petugas Balai KSDA Maluku dan Mitra Konservasi-nya terhadap masyarakat yang berada di sekitaran kawasan konservasi. Di sana juga, masyarakat mulai sadar dan merasakan manfaat kelestarian ekositem, khususnya satwa liar.

Banyak beredar bebas?

Kepala Balai KSDA Maluku, Danny H. Pattipeilohy mengatakan 45 burung yang baru ditranslokasi tersebut bukan saja hasil operasi petugas, namun juga penyerahan secara sukarela oleh masyarakat di Jawa Timur.

“Jadi memang ada penyerahan secara ikhlas dan sukarela di Jawa Timur kepada petugas. Tidak semata-mata hasil sitaan atau operasi dari petugas BKSDA di wilayah setempat,” kata Danny kepada wartawan di Ambon, Senin (30/11/2020).

Dalam kurun waktu 6 bulan ini, terhitung sejak Agustus hingga Desember 2020, sebanyak 189 ekor yang sudah translokasi. Dirincihkan, Agustus kemarin sebanyak 144 ekor, dan di November ini 45 ekor. Dia juga bilang, satwa-satwa ini masih beredar bebas di masyarakat. Baik di luar Provinsi Maluku atau di dalam.

Menurutnya, semua satwa ini dilindungi, sebagaimana isyarat PP Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa Liar, Juncto Peraturan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2018.

“Satwa-satwa ini masih dimanfaakan bebas di luar kondisi habitatnya. Kita lihat begitu banyak jumlah individu yang didatangkan. Karena itulah, kita bisa menjustifikasi,” ungkapnya.

Ihwal itu, BKSDA Maluku berharap, perlu sinergitas dan koordinasi lintas stakeholder, pemangku kepentingan, pemerintah daerah dan masyarakat, sehingga satwa-satwa yang merupakan endemik daerah Maluku ini bisa hidup bebas dan kembali pada alam.

“Sebelumnya satwa-satwa ini sudah direhabilitasi di Sudiarjo, sehingga sudah sangat liar dan layak untuk kita lepasliarkan,” katanya. (BB-TAN)