BERITABETA.COM, Ambon – Sudah banyak pengakuan dari penyintas (penderita) Covid-19 yang memberikan testimoni terkait Covid-19. Mereka rata-rata mangaku sama sekali tidak merasakan gejala apapun atau yang disebut dengan Orang Tanpa Gejala (OTG).

Kondisi seperti inilah yang membuat, tingkat kepercayaan masyarakat atas keberadaan Covid-19 tidak begitu tinggi. Terutama bagi masyarakat Maluku. Namun bagi, RR (28 tahu) salah seorang pesian dengan status OTG di Kota Ambon, virus Corona (Covid-19) bukanlah hoaks.

Kesaksian RR ini disampaikan kepada beritabeta.com melalui saluran telepon selulernya, Selasa (10/11/2020).

RR merupakan karyawan yang bekerja di salah satu BUMN ini menceritakan bagaimana  dirinya dinyatakan terinfeksi Covid-19, hingga membuatnya harus menjalani karantina.

“Awalnya itu rapat di kantor pada tanggal 25 September, dan ternyata ada salah satu manager di kantor melakukan swab keesokan harinya,”kata RR.

Hasil swab dari managernya itu ternyata positif.  Akhirnya seluruh karwayan yang mengikuti rapat per tanggal 25 September tersebut diperintahkan untuk melakukan swab, termasuk RR.

RR kemudian menjalani swab test pada tanggal 8 Oktober  di salah satu Rumah Sakit di Kota Ambon. Selama menunggu hasil swab, RR melakukan karantina mandiri di rumahnya. Lima hari kemudian tepat tanggal 13 Oktober hasil swab RR dikeluarkan pihak RS dan dinyatakan positf terinfeksi Covid-19.

Menurut RR, saat itu dirinya sebenarnya bisa melakukan karantina mandiri di rumah untuk menghindari kontak fisik dengan orang lain, namun karena di rumahnya juga terdapat anggota keluarga yang lain, sehingga Dinas Kesehatan kota Ambon memintanya untuk melakukan karantina di salah satu hotel di Kota Ambon.

“Saat itu sekitar pukul 20.00 WIT saya kemuydian dibawa ke salah satu hotel di kota Ambon, yang digunakan Pemerintah Kota Ambon sebagai tempat isolasi pasien Covid-19 untuk menjalani perawatan dan karantina,” bebernya.

Kamar hotel yang menjadi tempat RR menjalani masa kartina

RR mengaku, menjalani karantina dengan santai.  Dia menceritakan, setiap pukul 7 pagi ada pemeriksaan rutin dari dokter. Setelah pemeriksaan, pasien boleh berjemur atau olahraga. Setelah itu pasien harus kembali ke kamar masing-masing dan tidak boleh kemana-mana.

“Jadi aktifitasnya itu cuma di kamar, kalaupun ada keadaan darurat seperti lupa kunci, nanti ada relawan yang datang membawakan. Tidak boleh turun ke lobby,” ungkap perempuan kelahiran Kupang ini.

Makanan yang diberikan selama karantina juga makanan yang tinggi protein. Selama seminggu berada di hotel, RR kemudian menjalani swab test kedua pada tanggal 21 Oktober 2020.

“Dua hari kemudian tepatnya tanggal 23 Oktober hasil swab saya keluar dan hasilnyua  masih positif tetapi nilai Cycle Threshold (CT) sudah menunjukkan angka > 37. CT (cycle threshold),” ungkapnya.

Nilai dari tes PCR ini, semakin tinggi angkanya maka semakin kecil kemungkinan penularan virus. RR kemudian kembali menjalani proses karantina hingga dinyatakan sembuh.

RR pun berpesan agar semua orang patut percaya terhadap keberadaan Covid-19. “Covid itu bukan hoaks, sehat bukan berarti tidak terpapar virus. Ini hanya karena imun tubuh kita kuat jadi tidak merasakan sakit.  Yang paling penting tetap jaga jarak dan terapkan hidup sehat, jangan lupa 3 M yaitu Menjaga Jarak, Memakai Masker dan Mencuci Tangan,”tutup RR (BB-ES)