Untuk satu wortel saja, di Saumlaki Ibukota Tanimbar, harganya bisa sampai Rp20 ribu. Sedangkan wortel lokal yang kurus-kurus karena kurang air harganya sebuah Rp5.000.

Menyikapi kondisi ini, Fatlolon mengaku  sejak beberapa bulan lalu memutuskan untuk menanam wortel. Hasil panennya terbilang sukses karena ukuran wortel yang besar dan gemuk menyamai wortel impor.

Kurang lebih ada tiga bedeng yang dipanen saat itu yang hasilnya ada setumpuk besar wortel. Uniknya, hasil kebun itu oleh sang Bupati dan istri Ny.Joice Fatlolon, Dengan suka rela mempersilakan semua pengunjung yang ikut panen untuk membawa wortel sebanyak-banyaknya.

"Kebutuhan wortel di daerah ini sangat tinggi, sementara kalau kita lihat wortel lokal hasil pertanian masyarakat masih sangat terbatas bahkan kalau pun ada, ukurannya sangat kecil sehingga tidak menarik apabila dijual di pasar," ungkapnya.

Pice sapaan akrab Petrus mengakui, dalam mengolah kebun itu turut mengajak warga setempat dan mereka mendapat pendampingan dari penyuluh Dinas Pertanian Tanimbar.

Tujuannya agar warga bisa serius belajar bertani dan mengolah lahan. Sejak berkebun di situ, Pice juga mengajak Orang Muda Katolik (OMK) dari Desa Ilngei untuk membentuk kelompok tani dan mengolah lahan itu.

Beberapa waktu lalu, Bupati KKT ini juga bersama warga sekitar mulai mengembangkan tanaman nenas di lokasi yang dimiliki.

“Saya dan istri bersama kelompok tani di desa Ilingei, menanam 200 anakan buah nenas madu yang akan dipanen sekitar lima bulan ke depan,” ungkap Petrus kepada beritabeta.com.

 

Pria kelahiran Bula, 16 Agustus 1967 ini mengaku bertani adalah hal sangat menyenangkan dan masih sering ia lakukan.  Sebagai anak petani dari Desa Meyano Bab, Petrus mengaku berkebun bukan sesuatu hal yang baru dilakoninya.

Fatlolon bersama Istri Ny.Joice Fatlolon, selalu menjadwalkan diri secara rutin untuk memanfaatkan lahan miliknya dengan menanam berbagai tanaman mulai dari umbi-umbian, sayur-sayuran, buah-buahan, dan juga merawat kolam ikan nila.

“Ini rutinitas yang menyenangkan kami,” ungkapnya saat ditemui beritabeta.com saat itu.

Petrus juga mengaku hasil berkebun itu untuk memenuhi kebutuhan pribadi di rumah. Selain itu dirinya berniat untuk menjual hasil usahanya, seperti bawang merah, bawang putih, wortel, semangka untuk menambah penghasilan.

Kegiatan berkebun ini, dilakoninya bersama para kelompok tani di desa tempat lahannya digunakan.  Metode yang digunakan dalam berkebun adalah metode organik ramah lingkungan.

Seperti memanfaatkan kotoran hewan sapi sebagai pupuk organik, serbuk kayu sebagai pupuk kompos, dan sistem pengairan yang memadai.