BERITABETA.COM, Ambon – Di saat publik lagi ‘gamang’ membahas isu-isu politik seputar pemilihan kepala daerah (Pilkada) 2024 mendatang, sosok ini seperti tidak terlalu terlihat mengumbar keberhasilannya memimpin daerah kabupaten yang berjuluk ‘duan lolat’ itu.

Padahal, dalam hitung beberapa bulan kedepan di tahun 2022 jabatannya sebagai Bupati di Kabupaten Kepulauan Tanimbar (KKT) sudah berakhir.  

Ia tak lain adalah Petrus Fatlolon. Sosoknya belakangan menjadi sorotan bukan soal jebatan yang dipegangnya, tapi soal aktivitas kesehariannya menjadi petani yang banyak menuai pujian publik, karena dijalani setiap saat.

Petrus kerap memposting kegiatan bertaninya di laman Facebook pribadinya. Ia tampil bersepatu both dan berbaur dengan warga.

Salah satu postingan yang menarik perhatikan netizen adalah saat melakukan kegiatan menyiram tanaman Nenas yang dibudidayakan di petuanan Desa Ilngei, Kecamatan Tanimbar Selatan.

“Hari ini, saya mengambil kesempatan untuk menyiram kebun nanas milik saya. Kebun ini lokasinya tidak terlalu jauh dari kediaman Bupati, sekitar 15 menit untuk tiba di wilayah ini,” tulis Petrus Fatlolon dalam postingannya di akun Facebook pada  Selasa 19 Oktober 2021.

 

Kesibukannya sebagai Bupati KKT, tidak menghilangkan kebiasaan lamanya sebagai anak petani. Bupati periode 2017 -2022 ini, beberapa kali tampil Dengan pose mengurus berbagai jenis tanaman yang diusahakan.

Mulai dari tanaman buah seperti nenas sampai dengan menanam tanaman sayuran seperti wortel

Selama ini bagi warga Tanimbar, bertani dengan hasil bagus seakan menjadi barang langkah. Pasalnya, suaca di daerah terluar Provinsi Maluku itu terkenal panas dan curah hujan sedikit.

Data dari BPS untuk Kabupaten Tanimbar, jumlah hari hujan di daerah itu bisa hanya enam sampai delapan hari dalam sebulan. Kekeringan jadi ancaman untuk sektor pertanian daerah itu pada bulan Agustus hingga November.

Dikutip dari antara, hampir seluruh pasokan bahan pangan dan sayuran yang dikonsumsi warga di Tanimbar semua bergantung dari pasokan yang didatangkan dari Surabaya, Makassar dan Ambon, sehingga harganya sangat mahal.