Pintu Peradaban itu Bernama Iqra'

Tingginya literasi Muslimin ini, berawal dari satu kata perintah Allah SWT, saat Rasulullah SAW menjadi duta Negeri Akhirat. “IQRA” “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu ! ".
Bila ada tawanan yang bisa baca tulis, Rasulullah perintahkan untuk melepaskan mereka dengan perjanjian mengajari kaum Muslimin membaca dan menulis.
Sejak itu para sahabat menjadi kaum yang gila akan baca dan tulis. Cinta ini tak berhenti hanya sampai di situ. Mereka tularkan kebiasaan baca dan tulis kepada murid - muridnya yang kemudian hari menjadi ulama - ulama terkemuka.
Para ulama ini, jika mereka harus hijrah ke suatu tempat, memerlukan lebih dari 100 ekor keledai untuk mengangkut koleksi buku - buku mereka.
Dari bangsa yang ummi, Islam menjelma menjadi bangsa dengan literasi tinggi. Bila literasi telah mewujud dalam desah nafas setiap kehidupan kaum Muslimin maka pintu peradaban itu dipastikan terbuka lebar di hadapan kita.
Saatnya membangunkan generasi Muslimin dari tidur panjangnya. Halaqah- halaqah itu mulai menjamur di sekitar kita. Gelombang hijrah telah datang, kepak sayap generasi muda Islam sudah terdengar.
Pastikan anak - anak kita jangan sampai tertinggal jauh, termegap - megap mereka di lautan peradaban di waktu anak - anak lain asyik berenang, menyelami keindahan, keagungan dan keajaiban agama ini.
Allah SWT telah menjamin itu. Sebabnya, setiap kaum yang mencintai baca, dipastikan Allah SWT, akan menjadi bangsa besar, bangsa yang maju, menjadi kiblat ilmu pengetahuan. Jangan habiskan waktumu dengan sesuatu hal yang tak bisa membuat kita menggeliat.
Ketuklah pintunya. Pintu itu bernama IQRA'. Sebuah pintu pilihan Allah buat hambaNya. Pintu ilmu, antara ilmu tentang Allah dan ilmu pengetahuan manusia berada di titik yang berimbang.
Dari pintu itulah peradaban Islam bermandikan cahaya, menempatkan makhluk hidup pada hakikatnya. Berbeda dengan peradaban yang pernah ada maupun peradaban yang sedang menghegemoni sekarang ini.
Bacalah, dalamilah, renungilah, telitilah, sebab ilmumu adalah senjatamu, maka jadikan buku dan penamu sebagai pedang untuk menebas kebodohan di sekelilingmu. Wallahu a'lam bishowab. (*)
Geldrop, 20 Dhul - Hijjah 1442 H.