Keinginan memang sumber penderitaan. Keinginan ibarat balon, kadang mengembang kadang mengkerut. Misalnya, ketika keinginan itu tercapai maka keinginan itu terus mengembang alias tidak ada batasnya. Sebaliknya, ketika keinginan itu tidak tercapai maka keinginan itu pun akan mengkerut alias membuat orang kecewa. Keinginan memang sumber penderitaan.

Dalam menjalani rutinitas kehidupan ini kadang kita perlu mengontrol keinginan agar tidak terjebak dalam instabilitas psikis seperti penyesalan, kekecewaan, dan perasaan stuck. Mengontrol keinginan bukan berarti keinginan harus dimatikan. Keinginan tidak bisa kita matikan karena telah melawan kodrat Tuhan.

Dalam ulasan Nurcholish Madjid, keinginan itu harus dipoles dengan spirit ke-Tuhan-an, sehingga keinginan yang direalisasikan telah dianugerahi oleh Tuhan. Keinginan seperti ini dalam istilah psikologi disebut motivasi diri. Motivasi merupakan variabel psikologis yang baik bagi individu. Motivasi yang telah dianugerahi oleh Tuhan.

Menjalani rutinitas kehidupan dengan motivasi yang telah dianugerahi Tuhan ini tentu akan berdampak pada stabilitas sosial. Sebab motivasi yang dikontrol oleh anugerah Tuhan ini tentu akan mengarah pada kebermanfaatan. Motivasi seperti ini akan mendorong kita membuat sesuatu demi kebaikan bersama.

Cara berkehidupan seperti ini selaras dengan ungkapan klasik tadi di atas bahwa, "Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan kenang (amal sholeh)".

Semoga di tahun 1444 hijriah kita lebih banyak menebar kebaikan; kebaikan pengetahuan, kebaikan pengalaman, kebaikan cinta kasih, dan seterusnya terhadap semuanya (*)