Ten-ei, sebuah desa berpenduduk kurang dari 5.000, memiliki hanya sekitar 10% di bawah usia 18 tahun. Pada puncaknya tahun 1950, desa ini memiliki lebih dari 10.000 penduduk berkat dukungan pertanian dan manufaktur.

Tetapi ketidaknyamanan dan keterpencilan daerah yang semakin meningkat mendorong penduduk untuk pergi dari wilayah tersebut.

Depopulasi bertambah cepat setelah bencana 11 Maret 2011 di pembangkit nuklir Fukushima Dai-ichi yang berjarak kurang dari 100 km (62 mil), di mana Ten-ei menderita beberapa kontaminasi radioaktif yang telah dibersihkan.

Sementara sekolah Yumoto, sebuah bangunan dua lantai yang terletak di pusat distrik, memiliki sekitar 50 lulusan per tahun selama masa kejayaannya di tahun 1960-an. Foto-foto setiap kelulusan tergantung di dekat pintu masuk, dari hitam putih menjadi berwarna.

Namun jumlah siswa yang terlihat dan tiba-tiba menurun dari sekitar tahun 2000, dan bahkan tidak ada foto kelulusan dari tahun lalu. Otoritas Ten-ei sendiri akan membahas penggunaan kembali gedung sekolah, mungkin disulap menjadi menjadi kilang anggur atau museum seni.

Sebenarnya anjloknya angka kelahiran adalah salah satu masalah besar yang sedang melanda negara-negara regional Asia. Tak hanya Jepang, fenomena resesi seks ini juga terjadi di Korea Selatan dan China (*)

Editor Redaksi