Sambangi BSIP Maluku, Saadiah Uluputty Beberkan Sejumlah Masalah Petani Maluku

BERITABETA.COM, Ambon – Salah satu visi besar Presiden Prabowo adalah melalui transformasi sektor pertanian yakni menjadikan Indonesia sebagai Lumbung Pangan Dunia pada tahun 2029,
Kaitannya dengan itu, Kementerian Pertanian menargetkan swasembada pangan khususnya beras pada 2027 agar dapat mengurangi impor beras.
Sejalan dengan visi besar ini, Senin (13/1/2025) Anggota Komisi IV DPR RI Saadiah Uluputty menyambangi Balai Standar Instrumen Pertanian (BSIP) Maluku.
Dalam kunjungan tersebut Saadiah Uluputty menyampaikan kondisi Pertanian Maluku saat melakukan reses bersama petani yang tersebar di beberapa kabupaten yang ada di provinsi tersebut.
Salah satu fokus yang disampaikan Saadiah Uluputty adalah nilai jual hasil pertanian yang belum maksimal, serta petani padi yang kesulitan mengakses pupuk, benih, dan irigasi yang tidak memadai seperti yang terjadi pada 400 Hektar lahan pertanian di Pulau Buru yang terbengkalai.
Dalam rilis yang diterima media ini, Saadiah mengaku di hadapan kepala BSIP, Dr Kardiono STP, MSi dan jajarannya, dirinya mengatakan tugas BSIP adalah menyelenggarakan koordinasi, perumusan, penerapan, dan pemeliharaan, serta harmonisasi standar instrumen pertanian.
Beberapa instrumen pertanian seperti bibit, pupuk, air, penting dan mempengaruhi produktifitas hasil hasil pertanian.
“Salah satu isu yang saya sampaikan dalam diskusi kami yaitu terkait benih,” bebernya.
Saadiah mengaku, dalam kunjungannya ke desa Waehatu, Petani mengeluhkan soal benih unggul yang langka dan bahkan petani menanam padi dari generasi benih berulang kali.
Hal ini sangat mempengaruhi produksi beras. 1 Hektar lahan tanam mereka hanya bisa mencapai 2 Ton beras yang seharusnya bisa 5 ton beras dari penyediaan bibit unggul.
Benih, kata dia sangat berpengaruh terhadap produktivitas padi. Benih bermutu dapat meningkatkan produksi tanaman hingga 30–50%. Benih merupakan pondasi pembangunan pertanian.
Untuk itu, dalam pertemuan tersebut Saadiah meminta untuk meningkatkan produktivitas padi, petani dapat menggunakan benih bersertifikat yang mutunya terjamin.
“Sertifikasi benih dilakukan melalui pemeriksaan, pengujian, dan pengawasan untuk memenuhi semua persyaratan untuk diedarkan. Dan BSIP sebagai institusi resmi pemerintah harus bisa menjawab ini,” tegasnya.
“Apalagi, dari luas lahan sawah, masih banyak yang sangat membutuhkan benih unggul untuk mendapatkan produktifitas ÿang maksimal,” sambungnya.
Menanggapi hal ini, Dr Kardiono STP, Msi menjelaskan tantangan yang selama ini dihadapi serta rencana program yang akan dilaksanakan untuk mendukung program swasembada pangan nasional.
Adapun yang disampaikan antara lain pada 2024 lalu, BSIP memiliki benih sumber padi dan jagung sebanyak 22 ton yang lumayan cukup untuk kebutuhan pertanian Maluku sebesar 18 ribu hektar.
Untuk itu, banyak anggaran yang direfocusing ke pangan guna mencapai swasembada 2025, serta tantangan Maluku sebagai daerah kepulauan.
BSIP juga akan merancang standar agar petani dan pelaku usaha pertanian dapat naik kelas untuk bersaing di pasar global, serta mengupayakan ketersediaan varietas unggulan jika ada permintaan dari petani.
Untuk memudahkan langkah-langkah konkrit, Saadiah Uluputty siap berkolaborasi dengan Gabungan Kelompok Pertanian (GAPOKTAN) yang tersebar di seluruh kabupaten yang ada di Provinsi Maluku untuk dapat terakses dengan BSIP.
Mengingat konsumsi beras Maluku sebesar 150.000 ton pertahun, maka diharapkan optimalisasi 18.000 hektar lahan untuk dapat menghasilkan 108.000 ton dengan menggunakan bibit unggul.
“Bagaimana Pemerintah mau bicara soal Swasembada Pangan kalau petani masih banyak terkendala,” tegas Uluputty.
Hal lain yang disampaikan terkait penyuluh pertanian di Maluku yang sudah memasuki masa pensiun dan juga penerimaan SDM pertanian yang harus juga dipertimbangkan penerimaan CPNS memperhitungkan lulusan Unpattu dan & Universitas lain di maluku terkhususnya fakultas pertanian (*)
Editor : Redaksi