BERITABETA.COM, Ambon –   Dinilai tak masuk akal, Saniri Alifuru (Alifuru Council) kini mempertanyakan perolehan suara dari  calon anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dapil Maluku atas nama Eddy Sambuaga. Perolehan suara calon anggota DPD nomor urut 26 ini dicurigai karena cukup signifikan di beberapa lokasi.

“Wajar, kalau kita bertanya. Ini ada apa? Dia bukan orang Maluku. Kerja politik juga tidak ada yang istimewa, tetapi semua orang mengetahui kalau yang bersangkutan sebagai pengusaha. Kalau benar terjadi politik uang, kami sangat sayangkan, karena itu sama dengan mengambil manfaat atas kemiskinan di Maluku,” kata Sekjen Alifuru Council, Hunanatu Matoke kepada wartawan di Ambon, Jumat (26/4/2019).

Hunanatu Matoke mengatakan, siapapun bisa memperoleh suara pemilih di Maluku, tetapi fenomena perolehan suara Eddy Sambuaga ini sangat unik karena memperoleh suara yang jauh lebih signifikan dibandingkan dengan calon lain yang memang memiliki rekam jejak di Maluku.

Matoke mengaku prihatin, dengan mengaitkan kondisi Maluku yang saat ini miskin, kekayaan alamnya sudah diambil semua, maka jangan lagi ambil kesempatan dari anak Maluku.

“Saat ini benar-benar sangat memalukan, karena kita sebagai orang Maluku seolah tidak mampu sekadar mewakili diri sendiri. Ini bukan soal politik identitas, tetapi soal keadilan bagi anak Maluku. Tentu, tidak ada masalah kalau dia menang karena memang dicintai pemilih di Maluku, tapi kalau dipilih dan menang karena memanfaatkan kesusahan orang Maluku, saya kira ini yang menjadi masalah,” tegasnya.

Untuk itu, kata Matoke, sebelum pertanyaan publik semakin luas, sebaiknya Bawaslu Maluku  proaktif melakukan pengecekan akurasi perolehan suara itu.  “Cobalah melakukan investigasi di lapangan mengenai dugaan adanya politik uang “kancing bayar” untuk semua calon, terutama untuk calon DPR RI dan DPD RI. Sebab, sangat aneh jika pengawas tidak mengetahui, sementara hal ini menjadi rahasia umum,”tandasnya.

Bawaslu, kata dia, jangan sampai menutup mata dan pura-pura tidak mengetahui praktek curang yang sebenarnya sudah terang benderang. “Kalau hal seperti ini tidak bisa terungkap, terus untuk apa ada Bawaslu atau Panwas yang dibentuk dengan anggaran yang besar? Jangan tunggu laporan tapi proaktif cek di lapangan atas gejala yang ada,” pintanya.

Dia menegaskan, hal ini bukan persoalan suka dan tidak suka terhadap siapapun yang berniat baik untuk Maluku, tetapi harus diingat, empat kursi DPR RI dan empat kursi DPD RI sangat sedikit, sehingga kalau kursi yang sedikit itu diambil lagi orang dari luar Maluku, terus bagaimana dengan Maluku. “Sejujurnya, sangat disayangkan, adanya elit-elit yang terkesan menggadaikan nasib Maluku kepada orang di luar Maluku. Kita tidak anti, tapi jangan ambil peluang kami dengan cara-cara yang kotor,” katanya.

Secara terpisah Pengamat Politik dari Universitas Darussalam Ambon,  Taher Karepesina, SP, MSi, juga mengakaui, perolehan suara Eddy mengundang tanya.  Sebab, Sambuaga muncul dan bersaiang dengan  calon-calon yang memiliki hubungan emosional dan memiliki rekam kerja politik yang tidak diragukan. “Saya kira wajar,  jika  ada yang mempertanyakan hal seperti itu. Sekarang bolanya ada di pengawas pemilu,” ujarnya.

Dia bahkan mangatakan, politik “kancing bayar” atau serangan fajar, bukan  sekadar fenomena, tapi nyata. “Semua tahu praktek seperti itu dalam Pemilu, sehingga tidak boleh ada pembiaran. Bukan hanya memberi, karena menjanjikan saja sudah kena pidana. Pengawas harus berperan. Siapapun yang main curang harus ditindak tegas,” tegasnya (BB-DIA)