BERITABETA.COM, Ambon — Klarifikasi dari Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Provinsi Maluku terkait polemik menu makan atlet berupa bubur Manado di Pemusatan Latihan Daerah (Pelatda) Provinsi Maluku, ditanggapi Ketua Komisi IV DPRD Maluku,  Samson Atapary.

Politisi PDI-Perjuangan Maluku ini menilai, penjelasan Ketua KONI Maluku, Tony Pariela terkait pemberian menu makanan kepada atlit itu harusnya dibicarakan langsung dengan atlet yang kini menjalani Pelatda untuk PON XX Papua.

"Tujuannya supaya bisa dengar isi hati mereka, kemudian memberikan penjelasan ke atlit atas makanan yang disediakan selama ini oleh pihak catering" tulis Samson Atapary dalam kolom komentarnya di  grup Facebook Informasi Maluku, Minggu (20/6/2021).

Atapary menyarankan KONI, Satgas PON, dokter gizi dan pihak catering yang menyediakan makanan atlit secara bersama-sama bertemu para atlit.

Ia menilai, konferensi pers yang dilakukan KONI Maluku, seakan-akan ingin menjelaskan bahwa KONI Maluku dan Satgas PON sudah benar dan menyalahkan atlet.

Hal ini kata Atapary tidak akan menyelesaikan masalah yang saat ini menjadi konsumsi publik. Menurutnya, langkah tersebut akan membuat phiskologi atlit semakin tertekan.

"Konferensi Pers seperti begitu yang seakan-akan KONI, Satgas PON sudah benar dan menyalahkan atlit, maka tidak akan menyelesaikan masalah, malahan Phiskologi Atlit semakin tertekan karena secara diam-diam pasti muncul rasa jengkel dan kemarahan di para atlit" tandasnya

Dikatakan, kendati benar ada daftar menu yang disiapkan untuk makanan para atlit sesuai saran dokter ahli gizi. Namun, pihak-pihak terkait harus melakukan kroscek.

Apakah, pihak catering dalam menyediakan makanan, benar-benar sesuai dengan daftar menu yang sudah ditetapkan dengan memperhatikan kenikmatan rasanya, bumbunya, jenis sayurnya, daging, ikan, kematangan sayurnya, dan lain-lain.

"Apakah sebelum makanan disiapkan ke atlit, dokter ahli gizi dan Satgas PON ada lihat makanan dan rasa makanan tersebut?. Minimal seminggu sekali Satgas PON, ahli gizi dan pihak catering bersama-sama dengan atlit dan pelatih melakukan evaluasi makanan yang disediakan ke atlit dan harus dengar suara atlit" tegasnya.

Meskipun penjelasan KONI dan pihak Satgas PON terkait menu makan atlet ini sudah sesuai petunjuk dokter dan ahli gizi, namun faktanya atlet pun mengeluh karena tidak ada varian lain dari menu yang disajikan.

“Yang katong (kami) heran, waktu malam dikasih makan bubur, pagi hari juga dikasih bubur yang sama. Katong rasa makanan jadi hambar. Apakah seng (tidak) ada menu yang lain lagi. Katong pesimis prestasi akan baik di PON Papua kalau makanan yang diberikan masih seperti ini. Katong minta bapak-bapak dan ibu-ibu di dewan dapat mendengar keluhan katong jua,” tutur Welmy Pariama, salah satu atlet tinju wanita Maluku saat tatap muka dengan Anggota Komisi IV DPRD Maluku di Wisma Atlet di Karang Panjang, Kota Ambon, Kamis pagi (17/6/2021).

Ia bahkan menuturkan, pemberian menu bubur Manado disisip ikan asin dan tahu isi ini sudah dilakukan Satgas Pelatda PON XX Maluku sejak Maret 2021 hingga pemberitaan persoalan ini viral di media sosial.

Padahal,   menurut Mury Kuswari, sport nutritionist sekaligus Ketua Umum Asosiasi Nutrsionis Olahraga dan Kebugaran Indonesia (ANOKI) menjelaskan, menu makanan atlet sejatinya bersifat personal, dan tergantung dari individu masing-masing.

Ia menjelaskan, secara keseluruhan, menu makanan atlet harus mengikuti program latihan kesehariannya. Semisal, atlet sprinter (lari cepat), meski waktu larinya sangat pendek (12 detik), namun proses latihannya bisa tiga sampai empat jam.

Penghitungan komposisi makanannya; adalah 10 gram karbohidrat per kilogram berat badan tubuh.

"Jadi, misalnya berat badan kita 50 kilogram, artinya kita butuh 50×10, jadi 500 gram karbohidrat. Total jumlah karbohidrat tersebut dibagi berapa kali makan; misal 5 kali makan. Artinya, sekali makannya harus 100 gram karbohidrat," jelas Mury seperti dikutip dari kumparan.com pada artikel dengan judul “Komposisi Menu Makanan Atlet yang Baik Menurut Ahlinya” pada Kamis (28/11).

Kuswari mengatakan, untuk kebutuhan protein, rata-rata atlet membutuhkan 1,6 gram per kilogram berat badannya. Menu makanan atlet juga dipengaruhi oleh kebiasaan makannya.

Selain kebutuhan tiap individu yang berbeda, menu makanan atlet juga dipengaruhi oleh kebiasaan makan masing-masing. Bila saat bertanding menyantap makanan yang tak biasa mereka makan, tubuh harus beradaptasi kembali.

Mau diberi menu sesehat apa pun, seperti sushi, pasta, atau nasi merah sekalipun kalau  memang tidak terbiasa, ketika pola makan tengah diperbarui, dengan porsi yang banyak, akan tetap merasa tak berenergi. Sebab, tubuh membutuhkan penyesuaian untuk menyerapnya jadi sumber energi.

"Jadi, mau enggak mau kita harus melakukan persiapan dengan kebiasaan kita. Setidaknya, kalau makan biasanya menu yang sudah disiapkan banyak pilihan gitu kan. Misalnya menu buffet, kita bisa milih yang mirip-mirip dengan makanan sehari-hari, nasinya ada, dagingnya, dan telurnya ," jelas laki-laki yang juga menjadi pengajar di Universitas Esa Unggul ini (BB-AZ)