BERITABETA.COM, Ambon – Seorang ibu hamil di Desa Huku Kecil, Kecamatan Elpaputih, Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) Provinsi Maluku,  terpaksa harus ditandu puluhan warga secara bergantian untuk mendapatkan penanganan medis.

Kondisi ini terjadi, lantaran desa yang terletak di kawasan pengunungan itu tidak memiliki fasilitas kesehatan berupa Puskesmas.

Ibu hamil yang bernama  Yuliana Lasattira/Soriale (39 tahun) harus menahan sakit  karena ditandu menggunakan kain sarung yang dilapisi terpal dan diikat pada bambu.

Sebanyak 20 orang pemuda harus bergantian melalui jalan hutan yang becek dan sungai menuju ke Puskesmas di Kecamatan Elpaputih dengan jarak tempuh sejauh  32 kilometer (km) pada Jumat (20/8/2021) pagi.

Salah seorang warga Huku Kecil, Robertho Bitalessy kepada beritabeta.com via telepon selulernya, Jumat (20/8/2021) malam mengatakan, kondisi yang terjadi di desanya itu lantaran memang belum ada fasilitas kesehatan disana.

Melihat kondisi salah satu warganya yang sudah dekat waktunya untuk melahirkan, terpaksa tepat pukul 10.00 WIT tadi, sejumlah warga desa dan keluarga nekat membawanya dengan cara ditandu ke Puskesmas.

“Jadi sebelumnya memang warga sudah meminta bantuan dari camat dan tim medis. Namun karena mereka terlambat, maka kami pun terpaksa harus lebih cepat membawanya melintasi jalan hutan,” ungkap Robertho.

Warga memikul Yuliana Lasattira/Soriale (ibu hamil) saat menaiki rakit menyebrangi Sungai Nua, Jumat (20/8/2021) (Foto : Robertho Bitalessy)

Robertho menuturkan, perjalanan sejauh 32 KM itu ditempuh selama 5 jam. Ibu Yuliana Lasattira/Soriale dibawa dari kampung sekitar pukul 10.00 WIT, Sekitar pukul 01.00 WIT, warga tiba di Sungai Noe.

Setelah sampai di Sungai Noe, rombongan bertemu dengan Camat Elpaputih Julius Nahuway yang baru tiba dengan tiga tenaga medis. Setelah itu perjalanan dilanjutkan sampai ke jalan raya dan tiba sekitar pukul 03.00 WIT.

“Jadi ada sekitar 5 jam warga memikul. Sampai di jalan raya itu mobil ambulance sudah siap disana. Selanjutnya Ibu Yuliana dievakuasi ke Puskesmas,” paparnya.

Robertho mengaku, kondisi yang menimpa Yuliana ini memang tak bisa dihindari. Dalam kondisi darurat, tak ada pilihan yang harus ditempuh. Apalagi, kata dia, Yuliana sudah 2 hari merasakan sakit perut,  maka terpaksa harus lebih dulu diantisipasi.

“Masalah ada pada akses jalan. Apalagi di musim penghujan seperti ini. Jalan tanah menjadi becek. Kami pun harus melewati sungai. Jadi beginilah kondisinya,” beber dia.

Atas kondisi ini, warga setempat kata Robertho, sangat berharap kehadiran pemerintah daerah untuk melihat masalah ini.  Mereka juga meminta Penjabat Desa Huku, Kecil Adolof Kapitang, agar bisa proaktif memantau kondisi warganya.

Seperti diketahui, di kawasan pengunungan selain Desa Huku Kecil, ada juga Desa Abio. Kedua desa ini memang sering mengalami hal serupa, karena jaraknya terlampau jauh dari pusat pemerintah.   

Sedangkan kejadian serupa juga pernah terjadi di Desa Naniari, Kecamatan Taniwel, Kabupaten SBB pada bulan Maret 2021 lalu. Saat itu seorang warga Desa Niniari Bernama Linda Latue (22),  juga terpaksa ditandu oleh warga saat hendak melahirkan.

Keluarga terpaksa menggotong Linda dengan tandu yang terbuat dari bambu dan sarung. Dalam kondisi itu, keluarga berjalan kaki sambil menyusuri hutan dan lembah yang curam hingga akhirnya tiba di Puskesmas Taniwel (*)

Pewarta : dhino pattisahusiwa