BERITABETA.COM, Namlea – Momentum Sumpah Pemuda menjadi kado terindah buat Kabupaten Buru.  Kado itu datang dari ukiran prestasi yang dicapai ‘Jujaro Bupolo’ Indah Mawaddah Fitri Tan yang  meraih juara I  tingkat Nasional, sebagai Pemuda Pelopor Bidang Agama, Sosial dan Budaya.

Indah meraih prestasi lewat karyanya tarian ‘Boki Feten’ yang menceritakan makna  kearifan pangan lokal hotong. Ia dinobatkan sebagai pemenang di malam puncak acara Sumpah Pemuda ke 91 bertajuk Anugerah Kepemudaan di Jakarta Concert Hall, Senin malam (28/10/2019).

Atas prestasinya itu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buru melalui Asisten II, Drs Abbas Pelu, Asisten III, Mansur Mamulaty Spd dan Kadis Pendidikan, Abdurrahim Umasugi Spd MMPd memberikan penghargaan dan rasa terima kasih dengan menjemput kedatangan  Indah Mawaddah Fitri Tan di Bandara Namniwel  pada Kamis pagi (30/10/2019).

Kedatangan Indah yang berhasil membawa nama harum Provinsi Maluku dan lebih khusus Kabupaten Buru juga disambut teman-teman sanggarnya ‘Seniman Muda Bupolo’. Indah diarak keliling dalam kota Namlea, Kabupaten Buru untuk mengabarkan prestasi gemilang yang diraih putri kelahiran kota Namlea ini.

Ekspresi dan aksi Indah Mawaddah Fitri Tan dalam memperkenalkan hasil karyanya berupa tarian ‘Boki Faten”

Wartawan beritabeta.com melaporkan, keberhasilan jujaro (gadis) bupolo di pentas nasional ini berkat kepeloporannya di bidang budaya dengan kemampuannya menciptakan tarian “Boki Feten”.

‘Boki’ adalah sebutan bagi putri dengan bahasa Pulau Buru, sedangkan ‘Faten’ adalah nama jenis pangan lokal yang dikenal dengan nama hotong. Jadi ‘Boki Faten’ adalah ‘Putri Hotong.   

Ditemui usai diarak keliling dalam kota kabupaten, putri dari Je Tan ini mengaku awalnya tidak menyangka akan meraih juara pertama tingkat nasional. Saat diumumkan, nama dua perwakilan dari propinsi lain sudah duluan dipanggil dan ia dipanggil dari belakang.

Ggadis cantik yang di kalangan teman-temannya akrab dipanggil Indah dan di kalangan keluarga dipanggil Cici ini, mengaku sudah senang kalau dapat juara ketiga. Namun saat kakinya melangkah  menuju panggung utama, ia dibuat terkaget-kaget saat namanya diumumkan sebagai juara pertama.

“Indah menerima penghargaan dari pak Mentri dan pak Dirjen Pemuda dan Olahraga sambil berderai air mata akibat saking harunya,”cerita Indah polos.

Indah mengaku kalau awalnya tidak terpikir untuk mengikuti lomba ‘Pemuda Pelopor Tingkat Nasional.’  Ia terlibat dalam lomba ini  saat ia dihubungi Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Buru untuk mengikuti seleksi dan dinyatakan lolos.

Kemudian di tingkat propinsi hanya diteliti berkas administrasinya, kepeloporannya dan karya serta prestasi apa saja yang pernah diraih oleh peserta. Dari seleksi di tingkat propinsi ini, Indah bersama satu rekan pemudi dari Kabupaten Buru dinyatakan lolos ke tingkat Nasional.

Namun sebelum karya kepeloporan dipresentasikan di hadapan tiga dewan juri nasional, akui Indah, dua bulan yang lalu, sudah ada tim dari Kementrian Pemuda dsn Olahraga yang menyambangi Kabupaten Buru untuk meneliti langsung karya kepeloporan Indah di bidang budaya ‘Buki Feten’.

Mengenang saat dinilai oleh dewan juri, Indah mengaku kalau ia dan rekan dari provinsi yang lain selalu disodori pertanyaan yang menjebak. Padahal itu bagian dari ujian dan penilaian.

Tiba pada saat mempresentasikan materi ‘Boki Feten’, terlebih dahulu Indah menceritakan sekilas tentang Kabupaten Buru.

“Setelah menceritakan , ada satu juri yang bertanya, kalau kabupaten Buru itu tempat pembuangan Tapol G30S/PKI. Lalu Indah akui, Buru pernah jadi tempat pembuangan Tapol. Tapi dibalik cerita yang menyeramkan itu kabupaten Buru juga memiliki potensi yang sangat besar, baik di bidang sumber daya alam, sumber daya manusia, juga di bidang budaya, pariwisata, sosial, agama dan lain sebagainya,”papar Indah.

“Lalu ditanyakan lagi apa yang Indah lakukan dan saat itu Indah menjelaskan menggeluti di bidang budaya, mengangkat cerita tentang ‘Feten”. Mereka bertanya lagi Feten itu apa? Feten itu dalam bahasa Indonesia adalah Hotong.  Kalau bapak- bapak ingin tahu silahkan browsing di google, tapi jangan cari (ketik) kata hotong, karena pencarian tidak akan muncul. Harus ketik hotong Buru, pasti semua informasi mengenai veten ada,”tambahkan Indah menceritakan kisahnya di hadapan dewan juri pada saat itu .

Kepada dewan juri Indah menjelaskan bahwa ‘Feten’ itu tanaman kecerdasan dan tanaman kesehatan karena karbohidrat yang terkandung dalam ‘Feten’ sangat tinggi dan tidak berobah menjadi gula. Protein yang terdapat di ‘Feten’ juga sangat tinggi melebihi tanaman umbi-umbian, termasuk kentang dan juga kandungan proteinnya lebih tinggi dari beras.

Indah menuturkan, setelah mendegarkan penjelasan itu,  dewan juri pertanyakan lagi “Ini kan soal pangan, lalu budayanya di mana?” Dan dengan lugas Indah menjelaskan, kalau dirinya menciptakan sebuah tarian yang menceritakan tentang sejarah Feten.  Karena menurut tradisi adat Buru, masyarakat sangat memuliakan Feten.

Dikisahkan  pada zaman dahulu ada sekumpulan orang yaitu putri dan keluarganya yang melakukan sebuah perjalanan. Kemudian mereka kehabisan makanan dan minuman serta kelaparan. Sang putri kemudian berdoa kepada ‘Oppolestala’ (Tuhan) untuk diberikan makanan.  Ia bahkan  merelakan salah satu bagian tubuhnya untuk dapat berubah menjadi makanan.

Sang Oppolestala  mengabulkan permohonan sang putri hingga merubah salah satu bagian tubuh menjadi bulir-bulir hotong sehingga dapat diolah menjadi makanan. Sang putri pun dijuluki sebagai ‘Boki Feten’ (Putri Hotong).

Tamanan hotong ini mendapat perlakuan khusus dari orang Buru yang mengerti akan sejarah pengorbanan Boki Feten. Dalam setiap jamuan adat, Waji Hotong merupakan makanan yang wajib dihidangkan.

Pengorbanan dan ketulusan Boki Feten ini kemudian diangkat menjadi sebuah tarian oleh Indah. Sebelum meraih predikat tertinggi sebagai pemuda pelopor tingkat nasional, Indah juga pernah dinobatkan menjadi putri Natsepa berbakat di tahun 2017 lalu dan menjadi duta bahasa propinsi Maluku. (BB-DUL)