Uluputty Dorong ‘Millennial Farmer’ Hadir untuk Pacu Produktivitas Pertanian di Maluku
BERITABETA.COM, Waimital - Anggota DPR RI Dapil Maluku Saadiah Uluputty, ST menyampaikan dukungannya agar pemerintah dapat menghadirkan petani muda (Millennial Farmer) dalam upaya peningkatakan produksi tanaman pangan, khususnya padi di Maluku.
Ia menilai, produksi padi di Maluku masih jauh dari harapan sesuai potensi lahan yang dimiliki, sehingga kehadiran petani muda dengan penguasaan teknologi sangat dibutuhkan. Selain itu, salah satu penyebab lainnya adalah permasalahan berupa lemahnya akses modal atau investasi yang dimiliki para petani.
“Ini yang merupakan masalah yang menyebabkan petani tidak mampu memanfaatkan berbagai sarana produksi unggul, termasuk kemajuan teknologi yang dapat untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan mereka,” ungkap Anggota DPR RI Fraksi PKS ini dalam kegiatan Bimtek Tanaman Pangan yang digelar di Desa Waimital, Kabupaten SBB, Rabu (8/9/2021).
Bimtek yang digelar dengan tema ‘Peningkatan Produktivitas Padi’ itu berlangsung atas kerjasama aspirasi Anggota DPR RI dengan Kementrian Pertanian selaku mitra kerja.
Politisi PKS Maluku ini menguraikan, masalah yang dihadapi petani adalah tidak mampu memanfaatkan berbagai sarana produksi unggul, termasuk kemajuan teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan mereka.
Dari data yang diperoleh, kata Uluputty menunjukan, luas lahan pengembangan komoditas padi di Maluku pada tahun 2020 mencapai 29,64 ribu hektare. Jumlah ini naik menjadi 3,67 ribu hektare atau 14,12 persen dibanding tahun sebelumya yang hanya 25,98 ribu hektare.
Sedangkan produksi padi pada tahun 2020 sebanyak 119,83 ribu ton gabah kering giling (GKG). Jumlah ini naik 21,57 ribu ton atau 21,96 persen dibanding 2019 yang hanya 98,25 ribu ton GKG.
“Terkait dengan potensi tersebut, maka pentingnya investasi di bidang pertanian yang mestinya lebih diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani Maluku,” tandasnya.
Atas kondisi ini, kata Uluputty, pemerintah perlu melakukan reorientasi kebijakan karena sampai saat ini, pembangunan di sektor pertanian masih banyak yang belum menjangkau semua segmen, khususnya petani kecil.
Menurutnya, kebijakan baik investasi maupun subsidi dan pembiayaan petani perlu dirumuskan lagi, terutama yang berpihak kepada petani kecil untuk dapat meningkatkan kesejahteraannya.
“Subsidi yang diharapkan adalah yang mengarah pada subsidi output, bukan pada subsidi input seperti sekarang yang dilakukan oleh pemerintah,” bebernya.
Ia mencontohkan, Desa Waimital yang berada di Kabupaten SBB hampir 50 % penduduknya besaral dari Pulau Jawa. Sebagaian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Ekonomi penduduknya tergolong menengah ke bawah.
Hal ini, lanjutnya, sangat berpengaruh terhadap laju perkembangan pembangunan daerah, sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk mendukung upaya peningkatan produksi padi. Terlebih khusus untuk penguasaan teknologi oleh petani agar dapat meningkatkan perekonomian petani maka diharapkan produksi pangan khususnya padi harus meningkat.
Saadiah berharap, petani yang menjadi peserta Bimtek ini bisa menjadi pioneer atau penyuluh individu yang mampu menyampaikan ilmunya di lingkungan masing-masing, agar dapat terwujud pembaharuan terkait dengan ketersediaan teknologi dengan lingkungan yang dinamis/cocok diterapkan didaerahnya masing-masing.
“Ini merupakan akselerasi diseminasi penerapan inovasi oleh petani yang mengikuti Bimtek yang berimplikasi pada peningkatan kesejahteraan petani,” tandasnya.
Ia menegaskan, peningkatan produksi padi di wilayah SBB harus lebih meningkat dengan memanfaatkan kesempatan baik ini.
Dirinya menyakini, dengan mananam varietas unggul, produksi padi akan meningkat dan akan memicu peningkatan pendapatan menjadi produsen/penangkar benih dan dapat menyebarluaskan pengetahuan kepada pengguna.
Khususnya produsen benih dari sektor perbenihan formal maupun perbenihan berbasis komunal/mandiri, sehingga logistik benih bermutu di berbagai lokasi akan meningkat. Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan petani sebagai penyuluh individu dalam upaya pencapaian program pembangunan pertanian.
“Selaku anggota Komisi IV DPR RI saya sangat mengapresiasi Kementerian Pertanian dalam hal ini Ditjen Tanaman Pangan atas penyelenggaraan Bimtek yang sudah dilaksanakan secara berkala dalam rangka meningkatkkan kualitas sumberdaya manusia pertanian peningkatan produksi padi ini. Bukan hanya untuk diri sendiri tapi juga bisa diaplikasikan aksi nyata,” urainya.
Uluputty menambahkan, untuk menjadi petani yang kreatif, inspiratif, dan berdaya saing, ada enam kendala mendasar untuk pertanian Indonesia yang harus diatasi.
Kendalan itu antaranya, infrastruktur, sarana dan prasarana, regulasi, kelembagaan dan sumber daya manusia, permodalan, dan alih fungsi lahan pertanian.
Olehnya itu, sambungnya, diperlukan sinergi yang baik antara petani, penyuluh, dan Kementerian Pertanian untuk mengatasi enam kendala tersebut. Apalagi, sebagai petani, saat ini juga menghadapi tantangan di era 4.0 menuju era 5.0, maka harus dapat berpikir kreatif dan inovatif untuk mengatasi keenam kendala tersebut.
Potensi pembangunan dan pertanian di Maluku, khusunya di Kabupaten SBB secara nyata dapat dilihat bahwa luas lahan dan luas panen di sudah maksimal, namun produktivitasnya masih tergolong rendah.
“Untuk mengatasi hal ini, maka program yang telah disampaikan Kementerian Pertanian di Balitbang tentang Millenial Farmer patut didorong untuk diwujudkan,”saran Uluputty.
Millennial farmer, tambahnya terdiri dari pertumbuhan wirausaha muda, penyelennggaraan pendidikan vokasi pertanian, pertumbuhan Kelompok Usaha Bersama Petani Muda, dan fasilitasi pembelajaran dan praktik bagi SMK Pembangunan Pertanian.
“Apabila hal ini dimaksimalkan, pastinya kita dapat menghadapi semua kendala pertanian di SBB maupun di Maluku,” tutupnya (*)
Pewarta : dhino pattisahusiwa