“Kami berupaya untuk membuka sistem agar partai politik lebih ramah dan terbuka untuk perempuan. Selain itu juga saat ini kita telah memiliki ketua DPR, ketua komisi dan bahkan para menteri perempuan. Kita harus ubah pola pikir dan menegaskan bahwa perempuan Indonesia sudah selayaknya mampu untuk berkontribusi di dunia politik,” ungkapnya.

Sementara itu Dyah Roro Esti menjelaskan peran perempuan dalam isu lingkungan, adalah salah satu faktor dalam mencapai Indonesia Emas 2045 adalah ketahanan energi dan komitmen lingkungan hidup dan pembangunan rendah karbon.

“Sebagai anggota parlemen perempuan saya terlibat untuk mendorong kebijakan yang mendukung pembangunan berkelanjutan dalam mencapai visi tersebut,”terangnya.

Dyah selanjutnya menyampaikan partisipasi milenial dalam aksi penyelamatan lingkungan, “Kemudian, harus ada bottom up approach, kita pernah terjun bersama anak muda melakukan riset lingkungan dan menemukan bahwa 60 persen sampah yang ditemukan di kawasan pantai adalah plastik. Jadi ini merupakan masukan tersendiri bagi pemerintah daerah dan pusat dalam merumuskan suatu kebijakan lingkungan yang komprehensif”, kata Co-Founder The Indonesian Energy and Environmental Institute tersebut.

Dyah kemudian menjelaskan motivasinya untuk terlibat dalam aktivitas politik di usianya yang masih muda, “Saya merasa terpanggil untuk masuk ke dalam politik, karena jika kita berada di dalam sistem kita dapat melakukan perubahan dalam lingkup yang lebih besar dan dampaknya dapat dirasakan oleh masyarakat luas”.

Webinar Kartini ini dihadiri secara online oleh puluhan diaspora dan pelajar di Indonesia dan Turki. Agenda ini juga didukung oleh berbagai organisasi diaspora seperti PPI Ankara, Radio PPI Turki, Gelin Indonesia Ankara, KAMMI Turki, Bale Institute, Seputar Kampus dan Indonesia Youth Foundation (BB-DIP)