BERITABETA.COM, Masohi – Warga di Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku, kembali menyampaikan keinginannya untuk bergabung ke dalam wilayah kota Ambon.

Mereka mengaku puluhan tahun bergabung ke dalam wilayah Kabupaten Maluku Tengah,  tidak merasakan kesejahteraan, apalagi rentang kendali yang cukup jauh, padahal secara geografis Kecamatan Leihitu berada di pulau Ambon.

Keinginan ini disampaikan Ahmad Salangga Kalauw, pemerhati masalah sosial dan juga anak adat jazirah Leihitu kecamatan Leihitu kepada media ini di Masohi, Minggu (12/7/2020).

Kalauw mengatakan, sejak 68 tahun lalu Jazirah Leihitu-Salahutu merupakan bagian dari wilayah Pemerintahan Kabupaten Maluku Tengah dan merupakan wilayah yang mempunyai kontribusi besar dalam menentukan variabel kebutuhan fiskal terhadap besaran Dana Alokasi Umum (DAU) Maluku Tengah.

Namun sebaliknya dari segi kehidupan sosial ekonomi, masyaraknya lebih terfokus di Kotamadya Ambon. Semua itu tidak terlepas dari masalah rentang kendali. Karena letak geografis wilayahnya memang berada di Pulau Ambon, dan berbatasan langsung dengan Kotamadya Ambon.

“Sejauh itu tidak ada pelayanan yang cukup berarti dari Pemerintah Daerah dalam berkontribusi penuh terhadap peningkatan perekonomian dan kesejahteraan  masyarakat setempat,” ungkap Ahmad.

“Bahkan sampai pada era reformasi, setelah diberlakukan Undang-Undang Otonomi Daerah, yang menuntut adanya desentralisasi dan otonomisasi agar setiap daerah bisa mengatur kehidupan tumah tangga daerahnya sendiri. Namun sejauh itu tidak berdampak signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat di Jazirah Leihitu-Salahutu,” ulasnya.

Hal itu kata Ahmad, karena tidak adanya kontribusi penuh dari Negara melalui Pemerintah Daerah Maluku Tengah, terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat Jazirah Leihitu-Salahutu. Karena memang dibatasi oleh masalah rentang kendali yang begitu jauh dari Ibukota Kabupaten Maluku Tengah ke Pulau Ambon, yang di huni oleh warga masyarakat Jazirah Leihitu-Salahutu.

“Begitupun sebaliknya, aktifitas semua warga masyarakat Jazirah Lehihitu-Salahutu sejauh ini justru lebih terfokus ke Kota Ambon dibandingkan dengan ke Masohi. Karena untuk kedaerahan pusat Pemerintahan Maluku Tengah, kita harus menggunakan kendaraan laut yang menyita waktu, tenaga dan biaya yang besar,” ungkapnya.

Siklus ini dikatakannya, merupakan hukum alam yang mengakibatkan masyarakatnya lebih cenderung untuk beraktifitas ke Ambon dari pada harus ke Kota Masohi yang jaraknya sangat jauh.

“Bukti nyata, secara turun temurun kehidupan sosial ekonomi masyarakat Jazirah Leihitu-Salahutu yang berpusat di Kotamadya Ambon. Hal itu tentu memberi kontribusi sangat besar terhadap siklus ekonomi di Kotamadya Ambon,” katanya.

“Wilayah Jazirah Leihutu-Salahutu yang luas, kaya dan strategis adalah merupakan wilayah penyangga yang menghubungkan wilayah-wilayah yang lain di luar Pulau Ambon. Dan merupakan wilayah sentral bagi perputaran roda ekonomi di Kotamadya Ambon, di mana semua hasil produksi sumberdaya alam masyarakatnya seperti hasil pertanian, hasil perkebunan dan hasil perikanan semuanya di pasarkan ke Kota Ambon,” jelas Ahmad.

Dari sisi peningkatan ekonomi pendapat daerah jelas Ahmad, dari daya beli masyarakat Jazirah Leihitu-Salahutu ke Kota Ambon makin meningkat setiap tahunnya, seiring dengan peningkatan jumlah penduduk.

“Siklus kehidupan ekonomi berdasarkan daya jual dan daya beli masyarakat Jazirah Leihitu-Salahutu selama ini, tentunya memperkaya Kotamadya Ambon dalam hal memberi kontribusi yang sangat besar terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Ambon. Walau sebenarnya kami adalah warga masyarakat Kabupaten Maluku Tengah,” tandasnya. (BB-EPH)