Kapal layar China telah mengarungi perairan Asia selama berabad-abad . Banyak kapal yang membawa muatan yang hari ini tidak ternilai harganya, tenggelam. Diperkirakan ada ribuan kapal dagang asal China yang karam di kawasan ini dalam kurun waktu abad 10 hingga 20.

Selain kapal China,  kapal-kapal dari VOC, Inggris, Portugis dan Spanyol  juga mengalami nasib yang sama. Pelayaran dari Portugal ke Atlantik Selatan berlayar melalui Samudera Hindia dan ke Asia Tenggara.

Sejak tahun 1650, sekitar 800 kapal Portugis berlayar dari Lisabon yang hampir 150 kapal tidak pernah terdengar lagi. Kemungkinan tenggelam di perairan Nusantara.

Antara tahun 1600 dan 1800, English east India Company (EIC) telah kehilangan lebih dari 7000 kapal dan kebanyakannya tenggelam ke dasar laut terbawa bersamanya harta kekayaan.

Sementara pada tahun 1808 dan 1809, EIC kehilangan 10 kapal yang berlayar pulang dan bersamanya hilang juga satu juta poundsterling lebih.

VOC Belanda juga telah kehilangan 105 kapal yang berlayar antara tahun 1602 dan 1794. Periode yang buruk adalah antara tahun 1725-1749 ketika VOC kehilangan 44 kapalnya yang berlayar pulang.

Tahun 2004, Luc Heymans dari perusahaan PT Paradigma Putra Sejahtera, Cosmix Underwater Research Ltd  menemukan sebuah kapal yang karam di perairan Cirebon pada tahun  976 M . Harta yang ditemukan: 271.381 keping benda berharga, terdiri dari 11 ribu mutiara, 4.000 rubi, 400 safir merah, 2.200 batu akik merah.

Ada juga vas terbesar dari dinasti Liao (907-1125 M), rock crystal dari Dinasti Fatimiyyah (909-1711 M). Penyelaman dilakukan sampai 22 ribu kali. Disebut sebagai penemuan terbesar di Asia. Nilainya 100 juta dolar AS (Rp 920 miliar).