Petani Kasieh Produksi Keset Kaki dan Bantal

BERITABETA , Piru – Hampir tidak ada bagian pohon kelapa yang tidak dapat dimanfaatkan manusia. Mulai dari akar, batang, buah hingga daun, semua bagian dapat menjadi barang bernilai ekonomis. Belakangan ini, berbagai kerajinan dari bahan baku pohon kelapa makin bergeliat. Salah satu yang menjadi incaran adalah sabut kelapa.

Adenur An paham benar manfaat pohon kelapa. Warga Desa Kasieh, Kecamatan Taniwel, Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) ini pernah ikut pelatihan pemanfaatan turunan kelapa.  Pelatihan digelar manajemen SOLID SBB di desanya.

Lelaki berusia 62 tahun ini tertarik menggeluti usaha kerajinan pembuatan keset kaki dan bantal dengan bahan baku sabut kelapa. Dalam sehari, ia mampu memproduksi keset kaki sebanyak dua buah dan dijual ke pasar lokal.

Adenur An adalah anggota KM Kaputi, binaan Program SOLID. Setelah mendapat kesempatan belajar pada pelatihan kerajinan rumah tangga berbahan baku kelapa, dia mencoba fokus di bidang itu.

Sejatinya, Adenur An adalah pria yang cukup kreatif. Sebelum mengikuti pelatihan pemanfaatan produk turunan kelapa yang digelar manajemen SOLID dan CV. Sabut Mandiri, Yogyakarta, ia pernah memproduksi kecap dari bahan air kelapa, dan usaha produksi arang tempurung. Produksi kecap mandek karena keterbatasan bahan baku. Berhenti memproduksi kecap, Adenur An membuat arang tempurung.

“Semua yang saya hasilkan dari bahan baku turunan kelapa cukup bernilai ekonomis, namun keterbatasan peralatan membuat saya kesulitan meningkatkan jumlah dan kualitas produksi,” ungkap bapak empat anak itu.

Setelah mencoba keberuntungan dari produksi kecap dan arang tempurung, Adenur’an akhirnya terpikat memanfaatkan bagian sabut kelapa untuk produksi keset kaki dan bantal.

“Prospek usaha ini sangat menjanjikan. Setiap hari saya bisa memproduksi sebanyak dua buah keset dengan waktu pekerjaan selama empat jam,” katanya.

Terbatasnya jumlah produksi karena Adenur An harus membagi waktu melakukan pekerjaan lain. Sebelum membuat keset kaki, bahan baku sabut kelapa terlebih dulu dipintal menjadi tali sepanjang 25 meter. Proses pemintalan dilakukan secara manual.  Dibutuhkan empat pintal untuk menghasilkan satu buah keset kaki.

“Proses yang saya lakukan masih manual. Saya butuh alat pemintal dan mesin pengurai sabut kelapa. Inilah yang menjadi kendala, sementara permintaan konsumen terus meningkat,” paparnya.

Saat ditemui di Desa Kasieh, Adenur An mengaku baru saja menjual 14 buah keset kaki yang dihasilkan selama dua minggu dengan harga Rp250.000. Pada saat yang sama, dia sedang fokus mempersiapkan pesanan konsumen sebanyak 1.000 buah keset kaki.

“Ke depan saya ingin melibatkan para ibu rumah tangga di desa ini, sehingga mereka mampu memanfatakan waktu luang mencari penghasilan tambahan,” harap suami dari Nya Non An ini.

Selain keset kaki,  lelaki paruh baya ini  juga tengah mencoba membuat bantal dan guling dari sabut kelapa. Usaha memproduksi bantal dan guling ini masih terus dijejaki, karena hasilnya belum maksimal. “Kendalanya hanya pada peralatan.  Karena prosesnya manual, maka hasil berupa bantal dan guling masih kasar,” ungkapnya. (dhino pattisahusiwa)