BERITABETA.COM, SBB – Pemerintah Provinsi melalui Gubernur Maluku, Murad Ismail berjanji, akan membangun tiga buah masjid kembar di Negeri Hualoy, Tomalehu dan Latu, Kecamatan Amalatu, Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB).

Janji ini disampaikan Murad Ismail saat tatap muka bersama tiga unsur pemerintah, di Negeri Tomalehu, usai melakukan kunjungan kerja ke Jembatan Wai Kaka, Desa Tala, Rabu siang (12/8/2020).

“Saya berjanji akan membangun tiga buah masjid di tiga negeri ini dengan motif yang sama. Nanti tinggal pihak-pihak dari 3 negeri memberikan ke pemerintah, kira-kira masjid yang mau dibangun berapa kali berapa, lalu nanti kita panggil konsultan untuk gambar bangunannya,” ujar Gubenur.

Sisi lain, Gubernur juga meminta agar tiga kampung bertetangga di Pulau Seram itu, untuk hidup berdampingan dan tetap menjaga silaturahim seperti sediah kala. Saat ini, kata Gubernur, masih dalam suasana Idul Adha, sehingga itu sebagai manusia harus saling memaafkan.

“Sebagai anak adat, saya malu dengan pertikaian ini. Nenek saya orang Mamala, kakek saya Kapitan Hitu dari Negeri Hilla.  Saya tidak ingin saudara-saudara saya di tiga kampung ini terus bertikai. Mari akhiri semua permusuhan ini,” pinta Gubernur.

Mantan Kakor Brimob ini juga mengatakan, dirinya adalah gubernurnya orang Maluku dan bukan Gubernur Mamala maupun Waihaong. Untuk itu, segala hal berkaitan dengan Maluku, termasuk konflik menjadi tanggungjawabnya.

Dia mengakui, bupati dan wali kota punya rakyat dan berhak atas ihwal itu, namun dirinya adalah stabilisator dan  dinamisator untuk seluruh kabupaten/kota.

“Saya adalah stabilisator dan dinamisator, sehingga segala hal menyangkut bencana saya selalu turun. Saya juga mohon maaf, karena beberapa bulan kemarin ingin berkunjung ke tiga kampung ini, namun karena bencana corona, sehingga agenda itu tertunda,” katanya.

Sesama umat muslim, ajak Gubernur, harus saling memaafkan dan meninggalkan segala permusuhan yang pernah terjadi.

Menyikapi ajakan Gubernur, Kepala Pemuda Negeri Hualoy, Sulaiman Tuasikal Lussy mengapresiasi perihal tersebut. Namun dia menyebut fungsi dan peran pihak keamanan tidak mampu mengatasi berbagai hal terkait konflik tiga negeri.

Sulaiman mengatakan, pihaknya mendukung proses rekonsiliasi yang saat ini gencar dilakukan pemerintah daerah. Namun, ada hal-hal urgen yang harus dijadikan barometer untuk menyelesaikan petaka, di tiga kampung bertetangga tersebut.

“Misalnya, yang punya masalah ini adalah orang Hualoy dan Latu, namun yang jadi korban adalah orang Tomalehu. Sekolah terbakar, rumah terbakar, bahkan tanaman orang Tomalehu juga ikut dibakar. Kemudian menyangkut dengan korban, di Hualoy ada dan Latu juga ada,” katanya.

Sehingga itu, sambung Sulaiaman, perlu ada perhatian khusus dari pemerintah, baik dari Gubernur Maluku maupun Bupati Seram Bagian Barat. Menurutnya, jika hal-hal urgen ini dapat diperhatikan maka kedamaian dengan sendirinya akan terwujud.

“Namun jika pemerintah abai, maka rekonsiliasi sulit terwujud. Kami sudah turun ke pihak keluarga untuk bicarakan persoalan ini. Kami juga sudah beberapa kali observasi ke berbagai kalangan, dan ada rentetan keberatan terkait rekonsiliasi, jika pemerintah tidak penuhi tuntutan mereka,” katanya.

Senada Alwan, Kepala Pemuda Latu mengatakan, pihaknya juga sudah mengunjungi keluarga korban konflik. Mereka meminta agar ada perhatian khusus, sehingga bisa mengobati psikologi yang selama ini terjadi.

“Kita juga sudah turun ke keluarga korban di Latu. Mereka meminta agar ada sentuhan langsung dari pemerintah, baik kabupaten maupun provinsi,” katanya.

Pantau beritabeta.com, diakhir pertemuan tersebut, Gubernur di dampingi Bupati Seram Bagian Barat, ikut menyerahkan bantuan kepada tiga pengurus pemuda, yakni Hualoy, Tomalehu dan Latu  (BB-NDT)