BERITABETA.COM, Jakarta – Belum lama ini, sebuah program baru di Sekolah Kedokteran Hewan (Penn Vet) di University of Pennsylvania mencoba cara bagaimana anjing bisa mendeteksi dini adanya virus corona pada tubuh manusia.

Perwakilan Peen Vet mengatakan, anjing yang dapat menunjukkan aroma Covid-19 dapat mengidentifikasi infeksi pada orang yang tidak menunjukkan gejala, dan dapat memainkan peran penting dalam penanganan penyakit itu saat orang kembali bekerja dan pembatasan sosial yang  dilonggarkan.

Hal serupa juga dilakukan para ahli di Universitas Helsinki di Finlandia. Mereka bahkan sudah melakukan riset dengan memanfaatkan anjing yang sudah dilatih sebagai pembantu diagnosa medis. Hewan ini kemudian dilatih mengenali sidik jari bau virus corona jenis baru SARS-Cov-2, pemicu penyakit Covid-19.

Hasilnya cukup menjanjikan. Setelah beberapa minggu, anjing bisa melacak dengan tepat sampel air seni dari pasien Covid-19 dan membedakannya dari sampel air kencing orang sehat.

Dosen untuk riset klinis pada binatang peliharaan di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Helsinki, Anna Hielm-Björkman seperti dikutip dari kompas.com mengatakan, dalam waktu relatif singkat, hewan ini dapat mengidentifikasi air kencing dari orang yang terinfeksi SARS-CoV-2 dengan ketepatan setara dengan tes PCR yang lazim digunakan.

“Kami punya banyak pengalaman dengan pelatihan anjing untuk mengenali berbagai penyakit,” ujar Anna.

“Tapi sangat fantastis bisa melihat, bagaimana anjing itu dengan cepat belajar mengenali bau penyakit baru tersebut,” tambah Hielm-Björkman.

Sebelumnya, anjing juga sudah dilatih dan mampu  mengendus kanker sejak 1980-an. Banyak sel menghasilkan senyawa organik yang mudah menguap (VOC) yang memiliki bau khas dan hadir “dalam darah manusia, air liur, urin atau napas,” Cynthia Otto, seorang dokter kedokteran hewan dan direktur Pusat Anjing Kerja Penn Vet.

Cynthia Otto mengatakan, dalam penelitian telah menunjukkan bahwa bau VOC yang dikeluarkan oleh sel kanker cukup unik sehingga hidung anjing yang sensitif yang memiliki hingga 300 juta detektor aroma, dibandingkan dengan sekitar 6 juta orang dapat menemukan keberadaan sel kanker di tengah sel yang sehat.

Kebanyakan anjing dapat dilatih dalam waktu sekitar enam bulan untuk mengidentifikasi bau kanker tertentu. Kemampuan yang sama dapat memungkinkan anjing untuk mengidentifikasi penyakit yang disebabkan oleh coronavirus baru.

Dalam program Penn Vet, delapan anjing pada awalnya akan dilatih di laboratorium. Lebih dari tiga minggu, mereka pertama-tama akan belajar mengenali bau COVID-19 dalam sampel air liur dan urin dari pasien yang terinfeksi, melalui teknik yang dikenal sebagai pencetakan bau.

Anjing-anjing itu kemudian akan ditugaskan untuk membedakan antara sampel-sampel itu dan sampel yang dikumpulkan dari orang-orang yang tidak menderita penyakit tersebut.

“Dampak potensial dari anjing-anjing ini dan kapasitas mereka untuk mendeteksi COVID-19 bisa sangat besar,” kata Otto.

“Studi ini akan memanfaatkan kemampuan anjing yang luar biasa untuk mendukung sistem pengawasan COVID-19 nasional, dengan tujuan mengurangi penyebaran komunitas,” sambungnya.

Para ilmuwan di Finlandia kini sudah memulai riset tahap kedua, yang berskala lebih besar dengan metode acak pada sampel pasien yang lebih banyak.

Jika uji endus ini sukses, barulah tes bau khas Covid-19 akan diterapkan dalam praktik klinis. Hasil riset yang menjanjikan dari Finlandia ini juga amat penting bagi ilmuwan di negara Eropa lainnya yang melakukan uji coba serupa.

Misalnya bagi para periset dari Inggris dan Perancis yang juga melakukan pelatihan anjing pelacak untuk mengendus dan mengenali infeksi virus corona SARS-CoV-2. Sementara para pelatih anjing pelacak Jerman bersikap menahan diri, walaupun memuji hasil riset dari Finlandia.

“Kami mula-mula akan mengumpulkan informasi sebanyak mungkin. Pasalnya para pakar virologi Jerman menyarankan tidak melakukan ujicoba. Alasannya, sejauh ini mereka hanya tahu sedikit mengenai virus ini,” ujar Luca Barrett dari pusat asistensi dan pelatihan anjing di Jerman (BB-DIP).