BERITABETA.COM, Jakarta – Keterbatasan alat tes virus corona Polymerase Chain Reaction (PCR) dan ventilator untuk penanganan pasien virus corona, dalam beberapa bulan kedepan sudah dapat disiapkan pemerintah.

Kesiapan ini akan dilakukan dengan memproduksi massal alat tersebut yang merupakan peralatan buatan dalam negeri. Selain PCR dan ventilator, vaksin virus corona juga sementara digarap.

Kepastian ini disampaikan Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro saat menggelar konferensi pers di kanal media sosial Youtube milik BNPB, Minggu (3/5/2020).

Bambang menyatakan,  pemerintah telah menggandeng pihak lain seperti PT. Bio Farma dan startup Nusantik untuk memproduksi alat tes PCR buatan dalam negeri.

“Sudah ada 10 produk, 10 unit yang akan digunakan uji validasi dan registrasi. Uji validasi ini juga akan gunakan virus yang sifatnya lokal transmission,” kata Bambang

Alat tes PCR itu akan diproduksi secara massal sebanyak 50 ribu unit pada akhir Mei 2020 ini. Alat tes PCR lebih akurat dibandingkan alat rapid test serologi atau antibodi (RDT Micro-chip atau RDT IgG IgM). Alat tes ini akan menggunakan isolat RNA dari Balitbangkes Kementerian Kesehatan.

Sebelumnya, Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 mengakui ada keterlambatan dalam proses distribusi reagen corona ke Indonesia. Hal itu lantas berdampak pada terhambatnya jumlah pengujian tes deteksi virus corona di Indonesia.

Reagen sendiri merupakan cairan untuk menguji tes virus corona dengan metode PCR. Selain keterlambatan distribusi reagen, waktu tunggu hasil tes yang lama juga menjadi kendala di Indonesia.

Sejumlah pemberitaan menyebutkan kosongnya kit reagen pemeriksaan tes PCR di beberapa daerah menghambat deteksi Covid-19. Sebagai contoh, Gugus Daerah NTT mengaku masih menunggu impor reagen dari Korea Selatan yang dibagikan oleh Kementerian Kesehatan.

Namun Bambang tak menyebutkan lebih jauh soal reagen ini apakah akan memproduksi sendiri atau menadatangkan dari luar negeri. Di sisi lain, Bambang menyatakan prototipe ventilator buatan Indonesia telah memasuki tahap uji klinis yang nantinya bisa diproduksi secara massal.

Ia merinci Indonesia sudah memiliki empat prototipe ventilator yang nantinya dapat digunakan untuk penanganan pasien virus corona. Keempat tipe tersebut, kata dia, sudah melalui pengujian di Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) Kementerian Kesehatan.

“Keempat prototype ini berasal dari ITB, UI, BPPT dan PT Darma Henwa. Saat ini sedang melalui uji klinis,” kata Bambang.

Lebih lanjut, Bambang mengatakan saat ini Indonesia membutuhkan 1000 unit ventilator jenis Continuous Positive Airways Pressure (CPAP) dan 668 unit ventilator jenis abdomen.

Ventilator jenis abdomen, kata dia, dapat juga digunakan untuk pasien di Instalasi Gawat Darurat (IGD) di tiap rumah sakit.

“Ini sangat penting karena ketergantungan terhadap ventilator kita saat ini masih 100 persen ke negara lain,” kata Bambang.

Dikatakan, pemerintah berencana mengembangkan ventilator yang dapat digunakan di Intensive Care Unit (ICU). Meski demikian, ia menyatakan pengembangan ventilator jenis itu masih membutuhkan waktu sebelum memasuki tahap uji coba.

“Sehingga diharapkan pertengahan Mei ini kita bisa produksi [ventilator] secara massal,” kata dia.

Vaksin Masih Dibuat Eijkman

Semnetara terkait vaksin virus corona, kata Bambang, saat ini Lembaga Biologi Molekular (LBM) Eijkman Institute tengah mengembangkan vaksin untuk mencegah berkembangnya virus di Indonesia.

“Eijkman juga sedang memulai upaya pembuatan vaksin yang memang tidak akan memakan waktu yang pendek,” kata Bambang.

Bambang menjelaskan, untuk meneliti pembuatan vaksin itu, Eijkman akan menggandeng lembaga internasional.

Menurut Bambang, Eijkman juga tengah melakukan whole genome sequencing (WGS) yang nantinya diperlukan untuk mendeteksi seperti apa virus corona (Covid-19) yang berkembang di Indonesia.

WGS diketahui dapat mengkarakterisasi virus corona secara spesifik di Indonesia. Selain itu, WGS juga untuk memonitor dan mengevaluasi virus corona. Kemudian, WGS juga dapat menentukan seberapa cepat avirus beradaptasi saat menyebar di Indonesia.

WGS juga dapat mengidentifikasi target untuk terapi dan pembuatan vaksin. Serta, WGS juga dapat memprediksi ancaman pandemi berikutnya. WGS Sars-Cov-2 asal Indonesia merupakan WGS pertama kontribusi dari Indonesia untuk nasional maupun internasional (BB-DIP)