Asida, Takjil Populer di Maluku dari Masa ke Masa

BERITABETA.COM – Ketika bangsa Portugis menempati wilayah Maluku selama 57 tahun dan Spanyol 142 banyak melahirkan ragam budaya yang diwariskan masyarakat di Maluku.
Pengaruh kebudayaan yang paling kuat adalah di bidang bahasa yang sampai saat ini masih tetap digunakan masyarakat Maluku. Misalnya, kadera (kursi), tabako (tembakau), oras(waktu), saldado (tentara), pai (Ayah), Mai (ibu), Pastiu (bosan), Fogado (kepanasan), dan lain sebagainya.
Hal serupa juga terjadi pada kehadiran bangsa Arab di Maluku. Ciri khasnya banyak dijumpai pada wariskan sajian kuliner khas Timur Tengah yang kini tetap menjadi kudapan lokal warga muslim di Maluku. Salah satunya yang cukup populer adalah kue asida khas Maluku.
Kue asidah atau asida merupakan salah satu penganan khas yang sangat digemari oleh masyarakat Maluku. Berasal dari Jazirah Arab, terdapat perbedaan komposisi pada asida Timur Tengah dan asida lokal khas Maluku.
Asida ala Arab menggunakan bahan-bahan yang cukup banyak, yakni zagugu atau tepung gandum, gula pasir, dan air untuk bagian daging asida, sedangkan untuk vla, campuran susu sapi, kuning telur, bubuk vanilla dan tepung maizena akan ditambahkan ke dalam sajian tersebut.
Sedikit berbeda dengan resep aslinya, asida khas Maluku memiliki komposisi bahan yang lebih sedikit. Yaitu hanya menggunakan campuran adonan tepung terigu dan air yang dibentuk menyerupai bola yang didominasi gula aren, kemudian dipadukan dengan taburan gula putih halus, bubuk kayu manis, kapulaga dan lelehan mentega gurih.
Perpaduan seluruh bahan tersebut menghasilkan warna asida yang lebih gelap dan pekat, serta dengan tekstur dan cita rasa hidangan yang cukup unik, yakni bertekstur kenyal nan lembut dengan rasa manis yang mendominasi. Taburan bubuk kapulaga memberikan efek ‘menghangatkan’ saat asida melewati kerongkongan.
Di kota Ambon Manise sendiri, kudapan khas Arab Saudi ini mudah ditemukan di berbagai lapak yang menjual takjil di sepanjang jalanan. Umumnya, asida akan dibanderol dengan harga yang relatif murah, yakni seharga Rp 5 ribu.
Selain itu, asida juga kerap disajikan sebagai hidangan penutup pada acara-acara tertentu. Misalnya saja acara pernikahan, tahlilan, pengajian, khitanan, dan acara besar lainnya.
Mengingat rasanya yang begitu legit dan manis, warga Maluku biasanya akan menyandingkan asida dengan secangkir kopi panas minim gula. Namun, bila tak terlalu suka kopi, menikmati asida dengan segelas teh tawar hangat juga bisa menjadi pilihan alternatif yang bisa kamu coba.
Nah, di bulan ramadhan tahun 2020 ini, asida tetap hadir menjadi takjil populer digemari warga muslim di kota Ambon dan sekitarnya. Para penjual takjil bahkan mengaku asida sudah menjadi hal yang wajib ketika tiba bulan ramadhan. Bahkan mereka bisa banjir pesanan.
“Soal jumlah tergantung. Kalau ada yang memesan saya biasa melayani dalam jumlah yang cukup banyak bisa mencapai 150 buah. Kalau tidak ada pesanan biasanya cuman puluhan buah saja,” ungkap mama Ayu yang menetap di kawasan BTN Kanawa Ambon.
Ayu mengaku, untuk membuat asida memang harus dijaga soal komposisi adonannya, campuran terigu, gula dan mentega yang menjadi bahan dasarnya harus sesuai, kalau tekturnya bagus pasti banyak yang suka (BB-DIO)