BERITABETA.COM, Ambon –  Perhatian dan simpati dari berbagai pihak terhadap korban bencana gempa bumi di Pulau Ambon dan sekitarnya terus mengalir. Baik swasta maupun pihak pemerintah.

Tak hanya soal infrastruktur. Penanganan terhadap pemulihan trauma psikologis para korban (trauma healing), khususnya anak-anak di kamp-kamp pengungsian turut menjadi perhatian serius.

Hal inilah yang dilakukan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Rabu (9/10/2019).  Personil BNPB hadir bersama puluhan anak di lokasi pengungsian Desa Liang, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah melakukan berbagai kegiatan yang bersifat menghibur.

Anak-anak korban gempa diajak bermain hingga bernyanyi bersama diinisiasi langsung Direktorat Penanganan Pengungsi pada Deputi Bidang Penanganan Darurat – Badan Nasional Penanggulangan Bencana.

Melalui kegiatan ini diharapkan  dapat berdampak positif untuk mengurangi stress dan mengalihkan trauma pada anak yang labil pasca gempa.

“Kegiatan psikososial ini sangat membantu merecovery kejiwaan anak” ujar Pejabat sementara Desa Liang, Amin Tuasikal.

Apresiasi yang sama juga disampaikan relawan NU Peduli yang turut disertakan dalam kegiatan dimaksud.

“Kami mengapresiasi kegiatan BNPB ini karena sedikit banyak dapat merecovery mental psikis anak-anak yang rata-rata masih trauma,” ungkap Koordinator Relawan NU Peduli, Muhammad Jamil saat berada di lokasi pengungsian.

Anak-anak korban gempa bumi di Desa Liang, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah, diajak bermain hingga bernyanyi bersama di lokasi pengunggian oleh tim dari  Direktorat Penanganan Pengungsi pada Deputi Bidang Penanganan Darurat – Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Selasa (9/10/2019). (FOTO : BERITABETA.COM)

Desa Liang merupakan salah satu lokasi terdampak bencana gempa bumi Maluku dengan jumlah pengungsi mencapai 11.792 jiwa serta angka kerusakan berat tertinggi (rumah) yang mencapai 266 unit.

Selain menyalurkan bantuan, peninjauan ini dilakukan guna mengetahui secara langsung kondisi terkini maupun kebutuhan mendesak lain yang dibutuhkan warga di lokasi pengungsian.

“Kami merasa terpanggil untuk hadir dan turun melihat langsung ke titik pengungsian. Bukan semata-mata karena kapasitas saya sebagai aparatur Negara (BNPB), namun juga sebagai bentuk solidaritas sebagai anak daerah,” ungkap Direktur Penanganan Pengungsi pada Deputi Bidang Penanganan Darurat – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Johny Sumbung, SKM, M.Kes disela-sela kunujungannya.

Sebelumnya, kegiatan yang sama juga digelar Tim BNPB di bersama warga korban bencana di Desa Waimital, Kecamatan Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku.

Pentingnya Trauma Healing

Ahli psikologi, Tika Bisono, menegaskan, penanganan trauma atau trauma healing sangat penting untuk mengembalikan kondisi psikologis para korban gempa.

Menurut dia, upaya pemulihan kondisi kesehatan dan psikologis korban gempa sejalan dengan upaya banyak pihak. “Upaya tersebut harus diapresiasi karena penanganan korban gempa memang harus melibatkan banyak pihak,” kata dia.

“Misalnya saja ketika itu mereka melihat cuaca gelap atau tanah turun. Nah ketika mereka melihat mendung, bisa saja mereka menjadi stres dan ketakutan. Itu yang harus dihilangkan,” jelas Tika.

Menurut ahli psikologi Frank Parkinson menjelaskan trauma ditunjukkan dengan kondisi syok dan tertekan karena suatu peristiwa yang membekas dalam jangka waktu lama. Peristiwa traumatis dapat terjadi pada saat bencana gemap hingga bencana telah berlalu, yang dalam dunia psikologi disebut Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) (BB-DUL).