PPP Mengalami Krisis Elektoral

Untuk memenangkan Pemilu 2024 menurut dia, harus dimulai dengan kejujuran. Diakuinya saat ini PPP berada dalam keadaan krisis electoral. PPP mengalami tren penyusutan perolehan suara.

Tetapi, sambung Zainut, kejujuran itu tidak cukup. Harus ada komitmen yang kuat dan tegas untuk bersama-sama berikrar keluar dari krisis itu untuk menemukan titik cahaya dalam lorong yang gelap gulita.

Disadarinya, perolehan kursi PPP dari pemilu 1999 hingga 2019 menunjukan tren yang terus menurun baik tingkat DPRI RI, provinsi maupun kabupaten dan kota.

“Pada pemilu 2024 kita harus bisa membalikkan tren negative itu menjadi positif. Tahun 2024 harus menjadi titik balik untuk kemenangan PPP,” harapnya.

Ia memberi catatan, dari sekarang PPP harus menyalakan dan menggerakkan mesin politiknya untuk menuju pemilu 2024. Dengan catatan, kata dia, jangan ada yang pengkhianatan.

“Kita harus punya komitmen untuk mengoptimalkan ikhtiar-ikhitar kita, kerja-kerja kita, Insha Allah PPP akan meraih sukses electoral terbesar sepanjang masa di era refomrasi untuk pemilu 2024 nanti,” tukasnya.

Tugas-tugas yang harus dikerjakan, lanjut Zainut, membangun organisasi yang solid, ramping sehingga sikap cepat digerak.

Selain itu pentingkan unit kerja electoral yang bersinergi dengan pengelolaan isu-isu strategis dan unit kerja fungsional yang mengelola kepemimpinan dan manajemen partai.

PPP harus bentuk efektifkan badan pengelola saksi gugus tugas anti kejahatan pemilu, dan tim  advokasi hukum dari pusat sampai ke wilayah.

“Selama ini, suara PPP hilang di tengah rimba, dan tenggelam di tengah laut tidak tahu kemana. Penting untuk itu kita kawal,” anjurnya.