Cerita Ramadan di Belanda

Masjid Imam Malik di Leiden mendatangkan imam dan penceramah dari Maroko. Rata-rata shalat Tarawih di Belanda 8 rakaat dan 3 rakaat witir. Komunitas Muslim Indonesia di masjid al Ikhlas Amsterdam melaksanakan ‘qiyamul lail’atau shalat tahajud bersama selama bulan Ramadan.
Kemudian, para jamaah sahur bersama dan setelah Shubuh baru pulang ke rumah. Masjid-masjid penuh selama Ramadan Di masjid-masjid Maroko perempuan biasanya shalat di lantai 2 dan laki-laki di lantai 1.
Mualaf di Ramadan
Saat setiap kali mengikuti shalat Tarawih di masjid Imam Malik, saya menyaksikan seorang perempuan masuk Islam. Sebelum shalat Tarawih imam mengumumkan kepada para jamaah bahwa ada seorang perempuan ingin masuk Islam dan dia meminta para jamaah menjadi saksi.
Kemudian imam menuntunnya mengucapkan 2 kalimat syahadat dan disambut dengan takbir dan doa oleh semua jamaah yang hadir. Suasana demikian bagi saya membuat Ramadan semakin bermakna. Saya kemudian bertanya-tanya dalam hati apakah imam menunggu momen seperti ini untuk menuntunnya masuk Islam?
Karena bisa saja itu dilakukan di rumahnya dengan hanya dihadiri oleh 1 atau 2 orang saksi? Sebelumnya di luar Ramadan, saya sering menyaksikan hal serupa ketika setelah shalat Jumat di masjid.
Dengan adanya beberapa mualaf yang saya dan rekan-rekan saya saksikan saat di masjid, saya ingin mengundang salah satu mualaf untuk hadir di kegiatan buka bersama halaqah diniyah Leiden. Salah satu rekan saya mengajak temannya yang biasa buka puasa bersama di masjid al Hijra untuk hadir di tengah-tengah kami.
Halaqah diniyah diadakan bergilir di rumah-rumah mahasiswa Indonesia. Mualaf itu adalah seorang mahasiswa magister jurusan Linguistik di Universitas Leiden.
Dia bercerita bahwa ketertarikannya pada Islam dimulai dari kedekatannya dengan teman-teman Muslim dari Afrika yang juga merupakan mahasiswa sejurusan dengannya.
Kemudian dia bertanya pada mereka bagaimana dia dapat mengenal Islam lebih jauh. Mereka menyarankannya untuk membaca al Quran. Dari situ kemudian dia merasa bahasa al Quran itu indah sehingga membuatnya memutuskan masuk Islam. Saya yakin setiap mualaf punya pengalaman berbeda-beda bagaimana dia memutuskan masuk Islam.