BERITABETA.COM –  Militer Jerman menyerbu Belanda pada 10 Mei 1940. Tak sampai sepekan kemudian, tepatnya pada 15 Mei 1940, Negeri Kincir Angin menyerah. Ratu Belanda, Wilhelmina, minggat ke Inggris dan membentuk pemerintahan Belanda di pengasingan. Sedangkan Putri Mahkota Juliana menyelamatkan diri ke Kanada.

Saat itu, tidak sedikit orang dari Hindia Belanda (sekarang Indonesia) tengah berada di Belanda. Mereka yang aktif di Perhimpoenan Indonesia (PI), organisasi progresif pendukung Indonesia merdeka, sebagaimana disebut Emile Schwidder dalam Menunda Perjuangan Indonesia Merdeka: Orang Indonesia Melawan Fasisme di Belanda (1940-1945) (2017), ikut melawan Jerman. Latar belakangnya berbeda-beda. Ada yang menganggap itu bagian dari perlawanan internasional terhadap fasisme. Ada pula yang melihat itu sebagai perang melawan kekuatan kolonial yang imperialis.

Di antara mereka, ada seorang bernama Georgine Eveline Poetiray. Perempuan yang akrab disapa Evie Poetiray itu berangkat ke Belanda untuk menempuh studi analis kimia. Ayahnya, George Henricus Alfaris Gerard Poetiray, bekerja di Jawatan Pos, Telegram, dan Telepon.

George Poetriay meninggal saat Evie berusia dua tahun. Kemudian, ibu Evie, Sara Suzanne Huppe, meninggal sembilan tahun kemudian. Evie dan saudari kandungnya, Reny Poetiray, tinggal di panti asuhan di Surabaya.

Pada 1937, Reny pergi ke Belanda dan disusul oleh Evie juga ke sana. Di Belanda, Evie belajar ilmu analis kimia di sebuah laboratorium di Keizersgracht. Sembari belajar, Evie juga bergabung dengan Indonesische Christen Jongeren (IJC), organisasi penghimpun muda-mudi Indonesia penganut Kristen di Belanda.