Schwidder mencatat Evie mendapat perintah untuk menyetop kegiatannya dan menghilang dari peredaran selama musim panas 1943, menyusul penangkapan dan interogasi seorang tokoh PI. Evie bersembunyi di loteng sebuah rumah di Amsterdam barat. Ia hanya pergi ke luar jika situasi aman.

“Walau demikian, dia harus tetap berada di latar belakang. Akhirnya, rumah Poetiray kembali menjadi tempat mangkal mahasiswa Indonesia. Masing-masing dari mereka membawa ransum batu bara untuk memperoleh kehangatan bersama pada musim dingin. Sebagian lemari di rumah itu diubah menjadi tempat bersembunyi bila ada penggerebekan,” tulis Schwidder.

Bergegas ke Leiden

Pada bulan-bulan terakhir Perang Dunia II, para mahasiswa Indonesia di Leiden membentuk satuan Indonesia di Nederlandse Binnenlandse Strijdkrachten (NBS). NBS sendiri dibentuk ada September 1944. Berisi berbagai kelompok bersenjata, NBS didirikan untuk memandu pasukan Sekutu dan menjaga ketertiban wilayah yang ditinggalkan Jerman.

Pada Januari 1945, seorang anggota satuan NBS Indonesia bernama Irawan Soejono mati ditembak tentara Jerman. Untuk menghormati perjuangannya, satuan NBS Indonesia menamai diri mereka “Irawan Brigade”.

Mendengar Soejono dibunuh, Evie bergegas menuju Leiden menggunakan sepeda. Ada enam orang dalam perjalanan itu: tiga laki-laki, tiga perempuan.

“Kami duduk dibonceng di sepeda yang tidak berban. Salah satu dari perempuan itu, Elly Soumokil, punya bayi berumur tiga bulan, tapi dia harus dan ingin ikut ke Leiden. Dia titip anaknya itu ke sepupunya di Wilhelmina Gasthuis di Amsterdam dan dia pergi ke Leiden,” ujar Evie dalam ketika diwawancarai jurnalis Herman Keppy pada 2008.

Pada hari terakhir Perang Dunia II di Belanda, Mei 1945, PI menerbitkan manifesto dua halaman berjudul “Verklaring van de Perhimpunan Indonesia aan het Nederlandse Volk!” alias “Deklarasi Perhimpoenan Indonesia kepada Rakyat Belanda”. Selain merayakan kemenangan Sekutu dan capaian perjuangan anti-Nazi di Belanda, pamflet PI tersebut juga menceritakan kiprah mereka selama Belanda dikuasai Nazi.

Infografik evie poetiray

“Mereka menjelaskan bahwa orang-orang Indonesia telah berjuang di samping orang-orang Belanda dan ikut di segala lini kerja-kerja bawah tanah: menyediakan bantuan bagi mereka yang bersembunyi, menerbitkan surat kabar ilegal, menulis artikel untuk surat kabar lain, dan bahkan membentuk kelompok bersenjata sendiri, Irawan Brigade,” tulis Jennifer L. Foray dalam Visions of Empire in the Nazi-Occupied Netherlands (2012).