BERITABETA.COM, Jakarta –Sebuah langkah maju telah dicapai oleh Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman dalam memproduksi vaksin virus Corona di Indonesia. Ilmuwan di lembaga Eijkman sebagai salah satu pihak pengembang vaksin, mengumumkan telah berhasil mengurutkan keseluruhan genom virus atau whole genome sequencing. Hasil ini sebagai langkah awal dalam menciptakan vaksin yang ditunggu-tunggu.

whole genome sequencing, merupakan proses yang bertujuan untuk menentukan urutan DNA lengkap genom suatu organisme. Analisis sekuens genom dibutuhkan untuk mendeteksi dengan jelas seperti apa situasi wabah Covid-19, penyakit yang disebabkan virus corona SARS-CoV-2, di Indonesia.

Dengan begitu, ilmuwan dapat mengembangkan vaksin sesuai kondisi di masyarakat.

Kabar gembira ini disampaikan lewat akun Instagram resmi.  Eijkman mengumumkan pihaknya telah berhasil mengurutkan sekuens keseluruhan genom virus corona SARS-CoV-2 dalam 3 set, pencapaian yang baru pertama kalinya dari ilmuwan Indonesia.

Data sekuens genom dipublikasikan lewat platform Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID), database online tempat para ilmuwan di seluruh dunia menyimpan data sekuens genom yang berhasil diurutkan.

Sejauh ini, telah ada 16.000 urutan genom virus SARS-CoV-2 yang dipublikasikan lewat GISAID. Data urutan genom virus dapat menambah pemahaman baru terkait Covid-19 serta membantu menentukan obat dan vaksin penangkal terbaik.

Data urutan ini juga sangat penting untuk merancang dan mengevaluasi tes diagnostik, melacak kasus, dan mengidentifikasi opsi intervensi potensial untuk menekan penyebaran.

Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Prof. Amin Soebandrio, mengatakan bahwa data sekuens genom dapat memberikan informasi genetik dari virus corona yang beredar di Indonesia.

Oleh karena itu, kandidat vaksin yang dibuat berdasarkan informasi genetik ini juga diharapkan bakal relevan dengan kondisi di Indonesia.

“Jadi pengembangan vaksin itu kan sedapat mungkin sesuai dengan virus yang beredar di negara yang bersangkutan. Jadi untuk Indonesia, kita juga harus memiliki informasi genetik dari virus-virus yang beredar di Indonesia,” ujar Amin, seperti dikutip beritabeta.com dari Kumparan,com Senin (4/5).

“Itu nanti kan dipakai sebagai dasar menentukan antigen mana dari virus tersebut yang paling sesuai, paling cocok, untuk dijadikan calon antigen, artinya dijadikan calon vaksin,” lanjutnya.

Amin menambahkan, data urutan genom yang baru saja dipublikasikan berasal dari sampel milik tiga pasien Covid-19 di Indonesia. Untuk ke depannya, tidak menutup kemungkinan bakal ada pengurutan genom dari lebih banyak pasien.

Uji Tiga Jenis Bahan Alami

Sebelumnya, Kementerian Riset dan Teknologi (Menristek)/Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) juga menyampaikan tengah melakukan uji klinis terhadap jahe merah, jambu biji dan minyak kelapa murni yang diharapkan dapat meningkatkan ketahanan tubuh dari paparan Covid-19.

“Kita sudah melakukan baik sistematic review, kemudian studi bioinformatika dan saat ini sedang melakukan uji klinis, terutama di Rumah Sakit Wisma Atlet, terutama untuk bahan-bahan seperti jahe merah, jambu biji dan kemudian juga virgin coconut oil,” kata Menristek Bambang P. S. Brodjonegoro dalam keterangan resmi di Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, Minggu (3/5).

Ia mengatakan kementeriannya berharap mereka dapat mendayagunakan suplemen yang sudah ada yang mengandung bahan-bahan tersebut sehingga diharapkan cocok untuk meningkatkan daya tahan tubuh sehingga dapat mengatasi penyakit Covid-19.

“Paling tidak (dapat) meningkatkan daya tahan terhadap Covid-19 ataupun kemudian menghasilkan suplemen baru yang diharapkan bisa menumbuhkan daya tahan tubuh terhadap Covid-19,” katanya.

Sementara itu, untuk obat yang diharapkan dapat mengatasi penyakit COVID-19, Menristek mengatakan kementeriannya sedang melakukan uji klinis terhadap berbagai macam obat yang direkomendasikan dari luar negeri, baik avigan, chloroquine dan tamiflu, selain juga obat pil kina yang sedang dikembangkan di Indonesia.

“Pil kina (ini) sedang kita uji sebagai salah satu alternatif obat yang barangkali bisa meringankan beban penderita Covid-19,” ujarnya.

Selain itu, Kemenristek juga sedang melakukan riset terhadap convalescent plasma sebagai terapi untuk pasien Covid-19.

“Di mana plasma dari pasien yang sudah sembuh itu kemudian dicoba diberikan sebagai terapi untuk pasien Covid-19 yang sedang dalam kondisi berat,” katanya.

Penelitian yang sudah mulai dilakukan di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto terhadap convalescent plasma tersebut, kata Bambang, menunjukkan hasil yang cukup melegakan, meski masih memerlukan riset dalam skala besar.

Oleh karena itu, Kemenristek/BRIN bersama dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) akan melakukan riset yang lebih besar dan akan melibatkan banyak rumah sakit di berbagai daerah di Indonesia, tidak hanya di Jakarta, untuk mengembangkan convalescent plasma (BB-DIP)