BERITABETA.COM – Fatayat Nahdatul Ulama (NU) Provinsi Maluku meminta Pemerintah Daerah, baik provinsi dan kabupaten/kota di Maluku agar bergerak cepat untuk menyelesaikan berbagai masalah yang menimpa warga pengungsi korban gempa di Pulau Ambon dan Seram.

Organisasi perempuan internal NU ini, menyampaikan fakta-fakta bahwa penanganan pengungsi di beberapa lokasi yang dijumpai kondisinya sangat memprihatinkan.

“Kita minta Pemerintah Daerah agar lebih intens dalam menyelesaikan berbagai masalah yang melilit warga korban terdampak gempa di beberapa lokasi yang kita temui. Salah satunya adalah masalah kesehatan karena sanitasi yang buruk,” kata Ketua Fatayat NU Habiba Pelu kepada beritabeta.com, di Ambon, Minggu malam (6/9/2019).

Menurut Pelu, sesuai hasil kunjungan Fatayat NU Maluku dan Kota Ambon di beberapa tempat di Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah, 5 Oktober 2019, terungkap beberapa masalah yang dinilai akan berdampak buruk bagi kesehatan warga korban gempa yang kini berada di lokasi pengungsian.

“Kita sudah berkunjung ke Desa Tial dalam rangka memberikan bantuan. Dan ini sangat memprihatinkan. Selain sanitasi yang buruk, juga kondisi tenda pengungsian sangat tidak layak. Begitu pun keberadaan bayi, anak-anak dan lansia yang tidak terurus,” tandas Habiba.

Pengurus Fatayat NU Maluku dan Kota Ambon melihat dari dekat kondisi warga pengungsi di lokasi pengungsian

Ia menjelaskan, sangat tidak bisa menerima kondisi yang diluar diguaan itu. Ada tenda yang dihuni sebanyak 5 KK dan sanitasi serta kebutuhan pangan yang tidak cukup untuk menopang kebutuhan kesehatan mereka.

 “Kita juga melihat hal yang sama dialami oleh korban gempa yang mengungsi di bagunan SMP 3 Salahutu. Lama-kelamaan keberadaan mereka bisa  menimbulkan masalah baru karena tidak terjamin soal kesehatan lingkungannya,” bebernya.

Pemerintah Daerah, kata mantan anggota DPRD Maluku ini,  harus cepat berkoordinasi untuk menyelesaikan penanganan warga pengungsi secara cepat dan menyeluruh, jika tidak ingin ada masalah baru yang timbul.

“Saya lihat juga masalah fisiologis. Banyak warga pengungsi terutama anak-anak juga penting untuk diperhatian. Program trauma healing harus pula dilakukan, karena ini terkait dengan masa depan anak-anak yang terkena dampak bencana,” cetusnya.

Untuk itu, Habiba Pelu berharap, agar data valid terkait kerusakan rumah maupun fasilitas pemerintah juga harus cepat tertangani,  sehingga rumah rumah warga korban gempa yang terkena dampak dan mengalami kerusakan dapat diperbaiki secepatnya, dan warga bisa kembali pulang.

“Kalau mereka tetap berada di lokasi pengungsian, maka ancaman masalah baru akan muncul, karena dari sisi kesehatan sangat tidak baik,” pinta dia.

Dijelaskan, selain masalah kesehatan, sanitasi, dan mental warga pengungsi, Fatayat NU juga menemukan fakta bahwa penyaluran bantuan kepada korban gempa yang ada dipengungsian selama ini juga tidak merata. Hal ini dikarenakan proses pendaatan dan distribusi bantuan yang tidak terkontrol dengan baik.

“Ini juga menjadi tanggungjawab Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah. Kami melihat sangat buruk perhatian dan pelayanan dari Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah, selaku pihak yang harus bertanggungjawab penuh,” tandasnya.

Sebaran pengungsi ini, tambah Pelu, harus didata dengan baik, sehingga distribusi bantuan bisa sampai secara merata. “Ada bayi, anak dan lansia punya kebutuhan yang harus dipenuhi, tapi malah terabaikan. Kita menerima keluhan-keluahan itu,” bebernya.

Semenetara itu, dalam kunjungan Fatayat NU Maluku dan Kota Ambon di Desa Tial, rombongan sempat disambut dengan gempa susulan disaat proses penyerahan bantuan dilakukan. Gempa susulan ini dengan spontan membuat  semua orang berhamburan lari keluar dari baileo negeri yang menjadi lokasi pertemuan.

Ketua Fatayat NU Maluku,  langsung mengajak Pejabat Negeri dan pengurus Fatayat untuk bersama memanjatkan doa memohon perlindungan Allah SWT.

Suasana di Desa Tial terlihat  sepi tidak seperti biasanya, karena semua orang mengungsi di kawasan pegunungan sejak kejadian gempa terjadi pada 26 September 2019 yang berlanjut dengan gempa susulan hingga kini.

Sekretaria PKK, Jannah Rolobessy menyampaikan, hingga saat ini warga masih trauma untuk kembali kampung. Mereka lebih memilih untuk tetap berada di lokasi pengungsian, karena masih saja terjadi gempa susulan.

Rolobessy juga mengungkapkan,  saat ini ada kehawatiran warga yang mengungsi akan mengalami gangguan kesehatan. Ini lantaran, banyak warga pengunggsi yang banyak mengkonsumsi mie instant.

Dalam kunjungan tersebut, Fatayat NU menyerahkan sejumlah bantuan di dua lokasi berbeda. Pertama,  penyerahan bantuan di Negeri Tial yang diterima langsung oleh Pejabat Negeri Tial Salim Rolobessy dan perangkatnya bersama Sekertaris PKK Janna Rolobessy. Dan di lokasi SMP 3 Salahutu diterima oleh Koordinator Posko Muhajirin Syuku Maruapey.

Paket bantun yang diserahkan berupa, minyak goreng 11 karton, mie instant  16 karton, telur ayam  30 rak, susu kental manis karton, kacan hijau 105 kilogram, gula pasir 41 kilogram,  air mineral 10 karton, popok balita 150 pcs, dan makanan bayi sebnayak 24 dos. (BB-DIO)