BERITABETA.COM, Jakarta – Profesor UC Berkeley dari Sekolah Pascasarjana di Departemen Ilmu Bumi dan Planet dan Direktur Emeritus Laboratorium Seismologi Berkeley (BSL), Barbara Romanowicz,  menemukan bahwa inti bumi di bawah laut Indonesia tumbuh miring.

Inti besi padat di tengah planet itu dilaporkan berada di Indonesia, tepatnya di Laut Banda, Maluku. Kondisinya  telah tumbuh lebih cepat di bawah Laut Banda.

Kondisi ini, kata Seismolog dari University of California, Berkeley, Amerika Serikat itu telah menyebabkan berkurangnya panas planet di bawah Indonesia.

Seperti dikutip beritabeta.com dari cnbcindonesia.com, Selasa (29/6/2021) Seismolog tersebut menyatakan bahwa pertumbuhan di satu sisi logam cair adalah produk dari kristal besi yang terbentuk saat besi cair mendingin, tetapi sesuatu di inti luar bumi atau mantel di bawah negara Asia Selatan mengeluarkan panas pada tingkat yang lebih cepat daripada di sisi yang berlawanan, di bawah Brasil.

“Itu artinya, inti bumi di bawah Indonesia kehilangan panas lebih cepat daripada yang berada di bawah Brasil,”katanya.

Mengutip Independent, semakin cepat pendinginan, maka semakin cepat kristalisasi besi terjadi dan semakin cepat juga pertumbuhannya.

Perbedaan seperti itu memiliki implikasi signifikan terhadap medan magnet Bumi, dan arus konveksi di inti yang menghasilkan medan. Hal inilah yang melindungi kita dari partikel matahari yang berbahaya.

"Kami memberikan batasan yang agak longgar pada usia inti dalam yakni antara setengah miliar dan 1,5 miliar tahun - yang dapat membantu dalam perdebatan tentang bagaimana medan magnet dihasilkan sebelum keberadaan inti dalam yang solid," kata Barbara Romanowicz.

"Kita tahu medan magnet sudah ada tiga miliar tahun yang lalu, jadi proses lain pasti telah mendorong konveksi di inti luar pada waktu itu," tambahnya.

Pertumbuhan asimetris pada inti bumi bagian dalam itu, bukan berarti ada kecacatan atau berisiko, sehingga menjadikannya tidak seimbang.