BERITABETA.COM, Ambon – Camat Pulau Banda, Abdul Kadir Sarilan bersama empat penumpang speedboat yang dikabarkan hilang kontak saat melakukan perjalanan menuju Pulau Banda, Kabupaten Maluku Tengah, akhirnya ditemukan selamat.

Mereka harus berenang ke tepi pantai  dengan jarak  25 meter,  setelah speedboat yang ditumpangi dihempas gelombang dan pecah di bebatuan di Pulau Manukan.

Kelima penumpang masing-masing, Camat Banda, Abdul Kadir Sarilan, Saada Alkatiri (bendahara kecamatan) dan tiga ABK, Ari (25), Edo (30) dan Aidin (34) sudah berada di Pulau Banda dalam kondisi baik.

Kisah tragis perjalanan menggunakan speedboat Banda Bahari 01 ke Pulau Banda ini pun dituturkan Camat Banda, Abdul Kadir Sarilan dalam sebuah surat yang ditujukan kepada tim Covid-19 yang diunggah di media sosial facebook, Senin (18/5/2020).

Dalam surat itu, Camat Abdul Kadir Sarilan menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang ikut mendoakan mereka, hingga meraka selamat dan kembali ke Banda.

Abdul Kadir dalam surat yang juga diperoleh beritabeta.com, Senin malam (18/5/2020) berkisah tentang perjalanan yang menegangkan itu.

Ia mengatakan, pada hari Minggu tanggal 17 mei 2020, meraka melakukan perjalanan ke Kecamatan Tehoru. Sebelum ke Tehoru pihaknya sudah mengabarkan kepada Camat Tehoru prihal perjalanan yang dilakukan.

“Kami berkoordinasi dengan Camat Tehoru dan minta izin masuk ke Tehoru untuk menjemput Bendahara Kecamatan yang sementara melakukan perjalanan dinas di kota Masohi untuk kembali kebanda,” bebernya.

Menurutnya, setelah melakukan koordinasi, tepat pukul 06.00 WIT, dirinya bersama tiga ABK kemudian bertolak dari Banda  menuju Tehoru menggunakan speedboat milik Kantor Kecamatan.

Dengan berbekal 170 liter bahan bakar, mereka melaju ke Tehoru dan tiba pada pukul 09.45 WIT.

“Perjalanan pagi  di laut Banda cuaca baik dan  sekitar jam sembilan cuaca mulai buruk. Kami tiba di Tehoru pukul 9.45 WIT,” ungkapnya.

Selang 1 jam, tepatnya pukul 10.30 WIT dengan jumlah penumpang  4 orang termasuk bendahara kecamatan, speedboat kembali bertolak menuju Pulau Banda.

Camat Pulau Banda, Abdul Kadir Sarilan saat tiba di Banda sekitar pukul 12.00 WIT, Senin (18/5/2020)

Dituturkan,  dalam perjalanan pulang ke Banda cuaca di laut Seram lumayan bagus. Haluan speedboat diarahkan menuju ke Kecamatan Werinama, Kabupaten Seram Bagian Timur  dengan  maksud agar lebih mudah, karena mengambil posisi memotong ombak.   Begitu memasuki laut Banda cuaca buruk dan  ombak diperkirakan mencapai 4 meter.

“Dalam mengendalikan speedboat tidak ada masalah, karna speedboat baru selesai direhab dan menggunakan 3 unit mesin. Dua unit berkecepatan 85 PK dan satu unit lainnya berkecepatan 40 PK,” terangnya.

Abdul Kadir mengisahkan, karena terus menerjang ombak, speedboat mengalami  kecelakan dan pada saat terjadi kecelakaan posisi mereka masih berjarak 45 kilometer dari Pulau Banda, sedangkan jarak dari Tehoru sudah mencapai 141 kilometer.

“Lambung kiri speedboat pecah dengan  panjang diameter sekitar 37 cm dan membuat  air masuk ke dalam body speedboat.  Speedboat seketika penuh dengan air dan membuat kendaraan itu sukar dikendalikan,” ungkapnya.

Melihat kondisi ini, mereka kemudian bergegas mengenakan jaket pelampung dan memerintahkan ABK untuk mengeluarkan air   dalam speedboat.

“Alhamdulillah kami tidak panik tetap tenang. Air yang masuk dan yeng keluar tidak seimbang akhirnya kami memutuskan merubah haluan menuju Pulau Manukan yang jaraknya masih 20 kilometer dari posisi kami,”katanya.

Untungnya kata dia, saat speedboat direhab, seluruh bagian dalam dek speedboat telah dipasang gabus (styrofoam) dengan jumlah yang  sangat banyak. Kondisi Itulah yang menyebabkan speedboat tetap terapung walaupun air sudah memenuhi ruangan dalan speed boat.

“Saat kami memutuskan untuk merubah haluan cuaca buruk sekali. Dari lokasi kecelakaan dengan  pulau Manukan ditempuh selama 1 jam 35 menit dengan  estimasi per jam hanya 13 kilometer. Dan akhirnya dengan pertolongan Allah,  kami tiba di pulau Manukan pukul i6.00 WIT,” urainya.

Meski demikian, kata Camat,  di pulau ini kendaraan  tidak bisa merapat ke tepi pantai,  karena  pulau ini di kelilingi bebatuan. Sementara jarak mereka dengan tepi pantai sekitar  25 meter  dengan kondisi ombak besar yang pecah di bebatuan.

“Sangat mengerikan. Kami tetap berada di dalam speedboat dan buang jangkar pasang tali tambang kedarat. Sempat kami tidur di dalam speedboat tetapi tengah malam jam tiga datang angin dan ombak besar menghantam speedboat terhempas ke darat dan kami pun terjun dan berenang kedarat,” kisahnya.

Setelah selamat ke sampai di darat, sekitar jam 03.00 WIT, Senin dini hari, dalam kondisi basah kuyup mereka hanya bisa menatap ke arah speedboat yang dihantam ombak dan pecah berkeping di bebatuan.

“Kami bersyukur semua dalam kondisi baik dan tidak ada yang terluka. Kami kemudian mencari makan  karena sudah sangat lapar. Terpaksa sayuran yang berserakan di tepi pantai, kami pungut dan memakannya,” kenang Camat.

Mereka kemudian bertahan di pulau itu hingga pagi hari sekitar pukul 10.00 WIT ada motor tempel nelayan yang melaut di sekitr pulau Manukan dan menolong mereka.

“Kami berteriak meminta tolong. Dan akhirnya kami ditolong. Namun motor nelayan itu tidak bisa merapat ke darat. Terpaksa kami kembali berenang ke perahu nelayan yang jaraknya sekitar 50 meter dengan ombak yang sangat besar. Alhamdulillah kami semua selamat dari kecelakaan ini,” ungkapnya.

Perahu nelayan itu, kemudian mengantar mereka ke Banda dan tiba pukul 12.00 WIT. Lewat kesempatan ini, Camat Abdul Kadir Sarilan menyampaikan terima kasih kepada Bupati Maluku dan seluruh jajarannya yang telah memberikan dukungan dengan mengarahkan kapal- kapal dalam melakukan pencaharian.

“Sekali lagi kepada semua pikak yang  telah melakukan pencaharian,  saya Camat Banda menyampaikan banyak terima kasih atas bantuannya,” tutupnya (BB-DIO)