BERITABETA,COM, Ambon - Ritual pencampuran air dan tanah pada Kendi Nusantara yang digelar Presiden Jokowi bersama sejumlah kepala daerah di Titik Nol Ibu Kota Nusantara [IKN] di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Senin 14 Maret 2022,  masih menyisahkan banyak tanya.

Salah satunya adalah alasan kenapa Gubernur Maluku Murad Ismail memilih membawa air dan tanah yang diambil dari  Negeri Hila dan Kaitetu, Kecamatan Leihitu ke IKN.      

Penjabat Sekda Maluku Sadle Ie, yang dikonfirmasi media dari Ambon, Senin (14/3/2022) mengaku air dan tanah yang diambil dari Negeri Hila dan Kaitetu, mengandung pesan toleransi umat beragama di Maluku.

"Air dan tanah diambil dari Hila Kaitetu sebagai simbol toleransi umat beragama karena di Negeri itu terdapat Masjid dan gereja tertua di Maluku," kata Sadle Ie.

Sadli menguraikan, di Negeri Kaitetu terdapat Masjid Wapauwe sebagai masjid tertua di Maluku yang didirikan pada tahun 1414 Masehi, sedangkan di Hila terdapat Gereja Tua Immanuel yang didirikan 1659 dan merupakan bangunan gereja tertua di Maluku.

"Di Negeri Hila Kaitetu juga terdapat Benteng Amsterdam, benteng peninggalan Kolonial Belanda yang dibangun Gubernur Jenderal Jaan Ottens pada tahun 1637," katanya.

Menurut Sekda, pengambilan air dan tanah dari negeri Hila Kaitetu didasarkan hasil rapat koordinasi instansi teknis pada pekan lalu, sebagai cerminan toleransi dan kerukunan hidup antarumat beragama di Maluku.

Air yang diambil kemudian diisi dalam wadah yang terbuat dari batok "kalabasa" atau kulit buah maja, sedangkan tanah disimpan di dalam "kamboti" atau wadah penimpanan yang terbuat dari daun kelapa.

Kedua wadah ini menjadi simbol dan ciri kehidupan orang Maluku yang memanfaatkan bahan alam untuk kebutuhan hidup sehari-hari.

"Kamboti dan buah kalabasa sudah digunakan warga Maluku sejak dahulu, untuk menampung air dan bahan makanan yang diambil dari kebun dan sumur," katanya.

Dia berharap dua media yang disatukan bersama tanah dan air dari 34 provinsi dapat berdampak meningkatkan dan mempererat hubungan toleransi umat beragama di Tanah Air," katanya.

Selain tanah dan air, Gubernur Maluku Murad Ismail juga membawa dua anakan tanaman khas Maluku yakni pala dan cengkeh untuk ditanam  di kawasan Titik Nol Kilometer IKN Nusantara, Provinsi Kalimantan Timur (*)

Sumber : Antara