BERITABETA.COM, Masohi –Jauh sebelum konsep ‘Merdeka Belajar’ diterapkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim, sudah banyak sekolah di daerah ini menerapkan tradisi yang selaras dengan tujuan konsep Merdeka Belajar.

Konsep Merdeka Belajar menerapkan prinsip penciptaaan suasana belajar dan mengajar dalam suasana happy. Ini dimaksudkan agar tingkat kesetaraan antara murid dan guru dapat terjaga.

Di Kota Masohi, Kabupaten Maluku Tengah, bahkan ada sekolah yang sejak dulu sudah menerapkan konsep pendidikan sederhana dengan tujuan membentuk karakter para murid (siswa/siswi).

Kondisi ini dapat ditemukan di Madrasah Ibtidayah Negeri (MIN) 1 Maluku Tengah (Malteng). Di sekolah ini, sepintas para murid laksana tamu istimewa. Mereka disambut setiap pagi oleh sang guru di pintu gerbang.

Saat pagi tiba, ratusan murid di sekolah ini, disambut hangat oleh guru yang bertugas piket di pintu gerbang. Saling salaman dan melepas senyum, para murid sumringah masuk ke ruang kelas.

Betapa tidak, suasana penuh harmonis ini dapat dirasakan Risky Efendi dan Annisa Nurul Fitri. Kedua murid ini mengaku senang setiap pagi mendapat sambutan hangat dari guru di pintu gerbang.

“Senang. Tiap saat guru menyambut kami,” kata Risky Efendi kepada beritabeta.com saat ditemui di sekolah itu.

Menanggapi hal ini, Kepala MIN 1 Malteng, Wahid Sanaky kepada beritabeta.com mengaku, konsep guru menyambut murid di pintu gerbang sekolah ini, sudah menjadi sebuah tradisi yang dilakukan di sekolah itu sejak Tahun 2019 silam.

“Ini sebuah tradisi yang kita mulai 4 tahun silam. Dan kita yakini menjadi sebuah konsep bagaimana membentuk karekter setiap murid di sekolah,” ungkap Wahid kepada beritabeta.com, Sabtu (12/2/2022).

Menurutnya, dengan adanya konsep ini, setiap guru yang bertugas piket dapat secara langsung dapat menilai seperti apa karekter dari setiap murid yang ada. Meskipun tidak secera rinci, namun dari gerak dan sikap ada penilaian yang dapat dilihat.

“Jadi tidak harus di kelas. Murid ketika bertemu langsung dengan gurunya, bisa langsung terlihat karekternya. Di lain sisi, penghormatan kepada guru dan juga sebaliknya dapat terjaga,” pungkasnya.

Wahid mengaku, lebih dari itu, menanamkan pendidikan karakter dan nilai-nilai kehidupan kepada murid sangat penting dilakukan dan menjadi hal urgen di MIN 1 Malteng.

Sebab, sekolah adalah salah satu lembaga pendidikan yang berperan dalam membentuk karakter siswa yang berakhlak baik. Pendidikan karakter dapat dimulai dari kegiatan pembaiasaan dan keteladanan, salah satunya adalah menyambut siswa di depan sekolah.

“Jadi setiap guru yang bertugas piket wajib  menyambut murid di gerbang sekolah. Sehingga dapat terukur disiplin murid sejak masuk sekolah hingga usai belajar di sekolah,”tutur Wahid.

Wahid juga menambahkan, dari sisi psikologis, senyum kehangatan, salam dan kalimat motivasi dari guru saat menyambut anak didiknya di depan pintu gerbang sekolah sangat berpengaruh terhadap kondisi kejiwaan siswa.

“Siswa akan merasa nyaman saat datang ke sekolah sehingga  suasana yang harmonis dan kondusif akan tercipta saat proses  belajar mengajar,” beber dia.

Wahid mengungkapkan hal positif lainnya dari tradisi ini adalah menciptakan kedisiplian waktu bukan hanya untuk siswa, tetapi juga kepada tenaga-tenaga pendidik untuk datang selalu tepat waktu.

 “Orang tua juga akan merasa aman mempercayakan sekolah untuk mendidik putra-putrinya,” jelas Wahid.

Ia berharap tradisi menyambut siswa ini menjadi budaya dalam lingkungan madrasah.

”Semoga kedepannya, siapapun yang menjadi kepala Madrasah, tradisi ini tidak hilang dan tetap dijalankan,” tutup Wahid (*)

Pewarta : Eda Sanaky