Jatuh, Bangun, dan Sukses dengan Media Daring
BERITABETA.COM – Terus terang, saya punya cita-cita ketemu Jerry Yang, founder-nya Yahoo! Gara-gara cita-cita ingin ketemu mereka inilah, saya banyak berkecimpung di industri ini. Mungkin belum banyak orang yang mengenal sosok Steve Christian. Namun, apabila berbicara tentang dunia online Indonesia, sulit untuk tidak menyebut nama Kapanlagi.com. Steve Christian adalah sosok pendiri sekaligus pemimpin salah satu media online terbesar di Indonesia tersebut. Penasaran dengan perjalanan bisnis Steve bersama Kapanlagi? Simak kisah inspiratifnya bersama Kinibisa!
“Internet membantu saya melahirkan KLN, KapanLagi Network, yang saat ini dibaca oleh sedikitnya 40 juta orang tiap bulannya. Lebih dari 500 tim KapanLagi mendapatkan mata pencaharian dari teknologi kreatif.”
‘Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.’ Peribahasa itu agaknya sesuai dengan kisah hidup Steve Christian. Sebelum sukses bersama Kapanlagi Network yang ia dirikan, masa kecil Steve mesti dilalui dengan penuh perjuangan.
Keterlibatan keluarga Steve dalam dunia judi menjadi penyebab ambruknya kondisi ekonomi mereka. Akibat judi, bisnis yang dirintis oleh kedua orangtuanya bangkrut dan menyisakan utang. Steve dan keluarganya pun sempat tidak pernah mandi hingga hampir 6 bulan karena tak mampu membayar tagihan air.
Lilitan utang juga membuat kuliah Steve berantakan. Ia mesti memutar otak untuk memperoleh penghasilan demi dapat meneruskan pendidikannya. Dewi Fortuna agaknya sempat berpihak kepada Steve, ia diterima bekerja di sebuah apotek sebagai seorang kasir.
Penuh Perjuangan
Masa kecil Steve dilalui dengan penuh perjuangan. Steve yang mengambil jurusan akuntansi pun gembira bukan main. Berkat pekerjaan tersebut, ia dapat memperoleh peghasilannya sendiri dan menersukan kuliahnya. Malang bagi Steve, sang pemilik apotek tiba-tiba membatalkan niatnya di hari pertama Steve mulai bekerja. “Saya tidak jadi terima kamu, saya sendiri yang jadi kasir,” kata sang pemilik apotek.
Rasa gembira pun berubah menjadi rasa kecewa. Steve mengaku sempat down dan merasa marah dengan kondisi yang ia alami saat itu. Namun, tak butuh waktu lama bagi Steve untuk mengubah kemarahan dan kekecewaannya itu menjadi sebuah energi positif. Saat itu, ia memutuskan untuk menjadi seorang pebisnis
Merintis Bisnis
Berbekal keahliannya di bidang teknologi komputer, ia bertekad membangun usaha yang bergerak di bidang tersebut. “Saya berangkat dari computer engineering. Apa yang saya kerjakan kebanyakan di programming awalnya,” kata Steve dalam sebuah wawancara di Youtube.
Di samping itu, Steve juga telah mencintai dunia internet sejak duduk di bangku kuliah. Kecintaannya itu disebabkan oleh cita-citanya untuk bertenu Jerry Yang, pendiri website kenamaan asal Amerika Serikat, Yahoo! “Terus terang, saya punya cita-cita ketemu Jerry Yang, founder-nya Yahoo! Gara-gara cita-cita ingin ketemu mereka inilah, saya banyak berkecimpung di industri ini,” tulis Steve dalam artikelnya.
Steve memulai karir bisnisnya pada 1993 saat masih berkuliah di Malang, Jawa Timur. Ketika itu, ia membuat beberapa program komputer untuk beberapa toko di Kota Apel itu. Seiring waktu berjalan, bisnis yang digawanginya pun semakin berkembang, ia pun memutuskan untuk berhenti kuliah dan fokus pada aktivitas bisnis.
Setelah sukses menjual sebuah software ciptaannya ke sebuah perusahaan yang bermarkas di Philadelphia, Amerika Serikat, Steve percaya bahwa internet adalah teknologi penting di masa depan. Berkat keyakinannya itu, ia pun mendirikan dan menjual beberapa perusahaan yang bergerak di bidang jasa pengembangan software dan media online.
Pada 1998, Steve mendirikan Celebritywonder.com. Ia mengatakan berdirinya situs tersebut hanya bentuk keisengan belaka. Namun, tak disangka situs Celebritywonder.com rupanya sukses dan dibeli sebuah perusahaan media yang bermarkas di New York. “Usaha kecil itu akhirnya jadi gede, dan dibeli oleh UGO/Hearst Corp, perusahaan media dari New York yang menaungi ESPN, Esquire Magazine, dan lain-lain,” kata Steve menjelaskan.
Perkembangan internet secara pesat di Indonesia pada awal 2000-an dimanfaatkan Steve sebagai momen untuk mendirikan sebuah website berita. “Kita melihat bahwa internet di Indonesia akan berkembang. Tapi saya melihatnya too early, sebelum orang main kita main duluan,” kata Steve.
Bersama rekannya, Eka Wiharto, Steve mendirikan Kapanlagi.com pada 2003. Bermodal dana sebesar 2 miliar Rupiah, mereka bertekad membangun sebuah kanal berita yang menyediakan konten-konten untuk pengguna peralatan digital. Selama tiga tahun, perusahaan ini menyediakan layanan berita, ringtone, dan wallpaper bagi penggunanya.
Saat itu, Kapanlagi.com beroperasi sangat sederhana. Perusahaan itu hanya dikelola oleh beberapa orang yang berkantor di Malang dan Jakarta. Sebagai media yang menyediakan berita, Kapanlagi.com juga tidak memiliki seorang reporter pun. Konten-konten yang muncul di situs Kapanlagi.com berasal dari berita-berita yang mereka beli dari Antara.
Selain itu, strategi pemasaran yang digunakan Steve dan kawan-kawan juga terbilang sederhana. Mereka menempelkan stiker bertuliskan Kapanlagi.com di tubuh mobil angkutan umum yang kerap wara-wiri di tengah sibuknya kota. Harapannya, banyak pengendara yang aware dengan kehadiran Kapanlagi.com.
Jatuh, Bangun, dan Raih Sukses
Persaingan pasar media online yang sangat keras serta sulitnya berkompetisi dengan portal media raksasa seperti Kompas.com dan Detik.com membuat Kapanlagi.com terpinggirkan. Pada 2005, Steve dan Eka pun menyatakan situs yang mereka dirikan bangkrut.
Bagi Steve dan Eka, kebangkrutan bukan tanda menyerah. Mereka justru memutar otak bagaimana caranya agar Kapanlagi.com dapat diterima masyarakat dan bertahan di pasar yang sedang berkembang pesat. Mereka pun memutuskan agar Kapanlagi.com fokus pada satu bidang saja, yaitu entertainment. “Kemudian kami merasa perlu fokus. Fokus, detail, konsen. Jadilah satu genre yang kita tekuni, entertainment,” katanya.
Entertainment rupanya menjadi pilihan yang tepat bagi Steve dan kawan-kawan. Tanpa adanya competitor berarti dalam segemen tersebut, Kapanlagi.com berhasil berkembang pesat. Berbagai layanan pun disediakan oleh Kapanlagi.com, mulai dari penjualan konten online hingga menjual album-album musik secara digital.
Pada 2013, Forbes mencatat Kapanlagi.com dikunjungi oleh lebih dari 3 juta pengguna internet per bulan. Selain jumlah pengunjung yang meningkat tajam, keuntungan yang diperoleh juga ikut meningkat. Steve mengatakan keuntungan tersebut banyak didapat dari iklan dan penjualan konten kepada perusahaan.
Pada 2011, Kapanlagi.com melebarkan sayap bisnisnya dengan mendirikan Merdeka.com. Berbeda dengan Kapanlagi.com yang fokus berita entertainment, Merdeka.com meyediakan berita-berita umum. Padahal, genre berita umum sempat menjadi penyebab kebangkrutan Kapanlagi.com karena gagal bersaing.
Keputusan tersebut rupanya berbuah manis. Merdeka.com tercatat sebagai salah satu website berita papan atas di Indonesia, bersanding dengan Detik.com, Kompas.com, Tribunnews.com, dan Liputan6.com. Menurut Steve, mengetahui tipe dan kebutuhan konsumen adalah kunci keberhasilan Merdeka.com.
“KapanLagi adalah portal hiburan, sehingga pembacanya membuka situs KapanLagi jika memiliki waktu luang. Tapi Merdeka adalah situs berita yang lebih luas, dimana pembaca perlu membuka dan membacanya tiap hari agar bisa mengikuti perkembangan dalam kota, negara, dan dunia,” kata Steve dikutip dari Tech In Asia.
Oleh karena itu pula, Steve juga mengembangkan website-website lain sebagai bentuk diversifikasi bagi Kapanlagi.com. Website-website tersebut adalah Bola.net untuk penggemar sepakbola, Otosia.com untuk pemerhati otomotif, serta Vemale.com yang difokuskan untuk pembaca perempuan.
Pada 2014, Kapanlagi.com kembali mengembangkan bisnisnya setelah melakukan merger dengan Fimela Network. Fimela Network sendiri merupakan sebuah jaringan media online yang menaungi tiga buah website dengan segemennya masing-masing, yaitu Fimela.com untuk yang menyukai fashion dan alat kecantikan, Muvila.com untuk pecinta film, serta Sooperboy.com yang membahas dunia laki-laki.
Berkat merger tersebut, Kapanlagi.com dan Fimela Network kini bertransformasi menjadi Kapan Lagi Network (KLN). Peristiwa merger di atas juga berpengaruh besar bagi perkembangan Kapanlagi.com. Steve mengatakan situs yang ia rintis itu kini telah dibaca oleh 40 juta orang setiap harinya.
“Internet membantu saya melahirkan KLN, KapanLagi Network, yang saat ini dibaca oleh sedikitnya 40 juta orang tiap bulannya. Lebih dari 500 tim KapanLagi mendapatkan mata pencaharian dari teknologi kreatif,” kata Steve dikutip dari Brilio.
Belum Puas
Keberhasilan yang telah diraih Steve bersama Kapan Lagi Network agaknya telah menjadi bukti bahwa hasil tak pernah mengkhianati usaha. Jatuh bangun yang ia alami sepanjang membesarkan Kapan Lagi kini telah terbayar lunas. Namun, Steve mengatakan masih ada keinginannya yang belum tercapai.
Sebagai salah satu pemain di pasar media online, Steve ingin menempatkan Kapanlagi.com sebagai situs berita terlaris di Indonesia, mengalahkan raksasa media online seperti Detik.com dan Kompas.com. Padahal, Tech In Asia[5] menilai bahwa Kapan Lagi Network telah menjadi jaringan media online terbesar dan terlaris di Indonesia.
Menurut Tech In Asia, besarnya jumlah pengunjung Detik.com dan Kompas.com disebabkan semua kategori berita mereka ditempatkan di sebuah situs tunggal. Sementara, Kapan Lagi Network mempunyai pendekatan berbeda yaitu dengan membuat beberapa situs yang disesuaikan dengan kategori berita dan segmentasi pembaca.
Berbicara mengenai impiannya tersebut, Steve mengatakan kreativitas adalah tantangan terbesar bagi dirinya dan Kapan Lagi Network. “Tantangan terberat adalah bagaimana menjadi kreatif, yaitu bagaimana seseorang bisa berpikir kreatif untuk menghasilkan sesuatu,” katanya.
Di balik itu semua, Steve mengaku sangat senang dapat hidup dari sesuatu yang ia amat sukai, yaitu teknologi. “Saya hidup dari teknologi, semua penghasilan yang pernah saya terima dalam 20 tahun lebih saya bekerja adalah karena teknologi,” kata Steve.
Steve Christian sepertinya telah membuktikan bahwa peribahasa yang muncul di awal artikel ini memang pas disematkan kepadanya. Ia juga telah membuktikan bahwa setiap orang dapat hidup dari apa yang mereka sukai, selayaknya Steve yang hidup dari teknologi. Mari simak kisah tokoh-tokoh inspiratif lainnya bersama Kinibisa! (***)