Hadir di Banda Berbagi Ilmu

BERITABETA – Pekan ini di Pulau Banda, banyak kedatangan tamu istimewa. Para seniman dunia ada disana. Satu di antaranya adalah Jose Rizal Manua. Pendiri Teater Tanah Air yang juga seorang aktor, tanggal  24 Oktober 2018, hadir membagi ilmu dan pengalamannya di bidang teater dengan para pelajar, mahasiswa dan guru di Banda Naira, Kecamatan Banda, Kabupaten Maluku Tengah.

Digelar di Istana Mini, Jose Rizal berbagi ilmu dan pengalamannya dengan melatih teknik seni peran teater kepada sekitar 20-an guru, pelajar SMP, SMA, mahasiswa dari Sekolah tinggi Perikanan (STP) dan Sekolah Tinggi Ilmu Pendidikan dan Keguruan (STIPK) Banda.

Pelatihan tersebut merupakan Lokakarya Teater Sastra, salah satu kegiatan di festival sastra Banda Fiesta yang dilaksanakan oleh Perhimpunan Sastrawan Budayawan Negara Serumpun (PSBNS), pada 24 – 27 Oktober 2018.

Berlangsung selama empat jam lamanya, pelatihan teater dimulai dengan teknik olah napas dan suara, di mana para peserta diajarkan menggerakan tubuh mereka sedimikian rupa agar bisa mengatur napas dan menghasilkan vokal yang baik.

Setelah itu, mereka kemudian diajarkan teknik-teknik lainnya yang berkaitan dengan seni peran, seperti melatih konsentrasi, gerak tubuh, dan membuat skenario singkat lalu memerankannya dalam kelompok kecil.

Jose Rizal Manua mengatakan lokakarya teater sastra merupakan pelatihan persiapan bagi para peserta untuk tampil dalam pagelaran mini teater saat penutupan Banda Fiesta, pada 27 Oktober nanti.

Selain untuk penampilan mereka, pelatihan yang dilakukannya dapat membuat anak-anak dan remaja di Banda Naira untuk tertarik menghidupkan teater di daerah mereka. Karena menurut dia, teater sangat penting untuk membangun kepribadian.

Melalui seni peran teater, seseorang akan mampu mengaktulisasikan diri, mempresentasikan dirinya, mampu berkomunikasi di depan publik.

Salah seorang peserta Lokakarya Teater Sastra, Mariana Pattiiha, guru SD Inpres Waer mengatakan sesungguhnya generasi muda di Banda sangat berbakat dan tertarik dengan dunia seni peran, khususnya teater, tetapi selama ini tidak ada pelatih yang mahir.

Ia berharap melalui Lokakarya Teater Sastra, dirinya dan peserta lainnya bisa diajari berbagai trik dan teknik-teknik dalam seni peran teater, sehingga bisa diajarkan kembali kepada komunitas masing-masing.

“Anak-anak di sini sangat berbakat tapi tidak ada pelatih yang mahir. Kami berharap bisa diajarkan lebih banyak trik dan teknik dalam teater, sehingga bisa kami ajarkan kembali kepada anak-anak kami,” katanya.

Sosok Jose

“Kemampuan saya hanya di teater, jadi teater harus saya tekuni,” Kalimat ini selalu tertanam di pikiran Jose Rizal Manua. Sudah puluhan tahun, lelaki kelahiran Padang, Sumatera Barat 57 tahun silam ini, mengabdikan hidup di dunia teater dan puisi. Teater Tanah Air pimpinan Jose bahkan merebut prestasi kelas dunia di Jepang, baru-baru ini.

Sejak kecil Jose aktif membaca puisi dan teater. “Waktu TK (taman kanak-kanak) sering ikut pertunjukkan di RRI (Radio Republik Indonesia) di Kalimantan, juga saat hari nasional. Anak-anak seperti saya diajak orang dewasa untuk main,” tutur pria berambut panjang itu.

Kemampuan teater makin terasah saat menuntut ilmu di Bengkel Teater Rendra. Setelah itu ia kerap memenangkan berbagai perlombaan. Bagi Jose, teater bukan sekadar seni pertunjukkan. “Seseorang dilatih menumbuhkan kepercayaan diri dan pikirannya,” kata dia.

Jose lantas mendirikan Teater Tanah Air sekitar tahun 1998. Markasnya di Taman Ismail Marzuki. Di tempat inilah Jose menularkan ilmu kepada anak asuh tanpa memungut biaya. Meski begitu Jose komitmen tetap menghidupkan teaternya dari hasil keringat sendiri.

“Orang di Indonesia tidak bisa hidup dari teater. Saya mensubsidi teater dari mengelola toko buku dan diundang membaca puisi di mana-mana,” papar Jose.

Miskin dana bukan berarti miskin prestasi. Jose dan Teater Tanah Air meraih gelar juara dunia di Jerman pada 2006 dan Festival Teater Asia Pasifik di Jepang pada 2004. Saat mengikuti festival di Jepang, Jose mengaku punya kenangan khusus. Kala itu, Jose berniat mundur karena tidak mendapat sponsor dari swasta mau pun pemerintah.

“Akhirnya mereka (panitia di Jepang) menyurati saya dan mereka bilang Indonesia satu-satunya negara yang kami biayai,” kata Jose.

Kurangnya perhatian dari pemerintah mau pun swasta terhadap dunia seni peran disayangkan Jose. Indonesia, kata Jose, tidak pernah satu kali pun mengikuti festival teater di Jepang yang sudah 30 tahun digelar. Namun kondisi ini tidak mematahkan semangat mengajari seni peran terutama bagi kawula muda.

Buktinya, Jose pun hadir di Banda Neira. Kendati teater adalah hal baru di Banda Naira, Jose Rizal menilai, minat para peserta terhadap teater sastra sangat tinggi dan mereka bersemangat untuk belajar.

“Mereka mencoba berkenalan dengan teater. Tidak harus menjadi seniman tetapi bekal dari teater itu bisa mereka pakai ketika mereka menjabat sebagai lurah, camat, tokoh masyarakat atau apa saja karena mereka mampu berkomunikasi dengan baik,” ujar Jose Rizal.

Di usia Jose yang tak lagi muda, ia berharap seni teater bisa mendapat apresiasi dari masyarakat sehingga dapat dijadikan sebagai sandaran hidup. (BB/DIO)